Rabu, 20 Juli 2011

PEMANFAATAN TEKNIK FITOREMEDIASI PADA LINGKUNGAN TERCEMAR TIMBAL (Pb)

PEMANFAATAN TEKNIK FITOREMEDIASI PADA LINGKUNGAN TERCEMAR TIMBAL (Pb)

1. SUMBER DAN DAMPAK PENCEMARAN Pb
Timah hitam (Pb) merupakan logam lunak yang berwarna kebiru-biruan atau abu-abu keperakan dengan titik leleh pada 327,5°C dan titik didih 1.740°C pada tekanan atmosfer. Senyawa Pb-organik seperti Pb-tetraetil dan Pb-tetrametil merupakan senyawa yang penting karena banyak digunakan sebagai zat aditif pada bahan bakar bensin dalam upaya meningkatkan angka oktan secara ekonomi. Pb-tetraetil dan Pb-tetrametil berbentuk larutan dengan titik didih masing-masing 110°C dan 200°C. Karena daya penguapan kedua senyawa tersebut lebih rendah dibandingkan dengan daya penguapan unsur-unsur lain dalam bensin, maka penguapan bensin akan cenderung memekatkan kadar Pb-tetraetil dan Pb-tetrametil. Kedua senyawa ini akan terdekomposisi pada titik didihnya dengan adanya sinar matahari dan senyawa kimia lain diudara seperti senyawa holegen asam atau oksidator (Anonim, 2008).
Unsur Pb umumnya ditemukan berasosiasi dengan Zn-Cu dalam biji logam. Logam ini penting dalam industri modern yang digunakan untuk pembuatan pipa air karena sifat ketahanannya terhadap korosi dalam segala kondisi dan rentang waktu lama. Pigmen Pb juga digunakan untuk pembuatan cat, baterai, dan campuran bahan bakar bensin tetraethyl. Pemanfaatan pada bahan bakar bensin telah mengalami penurunan karena menimbulkan dampak terhadap lingkungan. Biji logam timbal (Pb) dapat terbentuk dalam cebakan-cebakan seperti stratabound sulfida massif, replacement, urat, sedimentasi, dan metasomatisma kontak dengan mineral-mineral utama terdiri atas: galena (PbS), cerusit (PbCO3), anglesit (PbSO4), wulfenit (PbMoO4), dan piromorfit [Pb5(PO4, AsO4)3Cl]. Larutan pembawa Pb diantaranya: air connate, air meteorik artesian, dan larutan hidrotermal yang naik ke permukaan; dengan sebagian besar Pb berasal dari larutan hidrotermal yang membentuk cebakan bijih pada suhu rendah, berupa pengisian rongga batuan induk (Herman, 2006). Beberapa sumber pencemaran Pb di lingkungan dapat dilihat pada gambar 1.

Pb dalam batuan berada pada struktur silikat yang menggantikan unsur kalsium/Ca, dan baru dapat diserap oleh tumbuhan ketika Pb dalam mineral utama terpisah oleh proses pelapukan. Pb di dalam tanah mempunyai kecenderungan terikat oleh bahan organik dan sering terkonsentrasi pada bagian atas tanah karena menyatu dengan tumbuhan, dan kemudian terakumulasi sebagai hasil pelapukan di dalam lapisan humus. Diperkirakan 95% Pb dalam sedimen (nonorganik dan organik) dibawa oleh air sungai menuju samudera. Pb relatif dapat melarut dalam air dengan pH < 5 dimana air yang bersentuhan dengan timah hitam dalam suatu periode waktu dapat mengandung > 1 μg Pb/dm3; sedangkan batas kandungan dalam air minum adalah 50 μg Pb/dm3 (Herman, 2006).
Pembakaran Pb-alkil sebagai zat aditif pada bahan bakar kendaraan bermotor merupakan bagian terbesar dari seluruh emisi Pb ke atmosfer. Berdasarkan estimasi sekitar 80–90% Pb di udara ambien berasal dari pembakaran bensin, tidak sama antara satu tempat dengan tempat lain karena tergantung pada kepadatan kendaraan bermotor dan efisiensi upaya untuk mereduksi kandungan Pb pada bensin. Penambangan dan peleburan batuan di beberapa wilayah sering menimbulkan masalah pencemaran. Tingkat kontaminasi Pb di udara dan air sekitar wilayah tersebut tergantung pada jumlah Pb yang diemisikan, tinggi cerobong pembakaran limbah, topografi dan kondisi lokal lainnya. Peleburan Pb sekunder, penyulingan, industri senyawa dan barang-barang yang mengandung Pb, dan insinerator juga dapat menambah emisi Pb ke lingkungan. Kegiatan berbagai industri yang terutama menghasilkan besi dan baja, peleburan tembaga dan pembakaran batubara, harus dipandang sebagai sumber yang dapat menambah emisi Pb ke udara. Penggunaan pipa air yang mengandung Pb dirumah tangga terutama pada daerah yang kesadahan airnya rendah (lunak) dapat menjadi sumber pemajanan Pb pada manusia. Demikian juga didaerah dengan banyak rumah tua yang masih menggunakan cat yang mengandung Pb dapat menjadi sumber pemajanan Pb (Anonim, 2008).
Luasnya penyebaran unsur Pb di alam sebagian besar disebabkan oleh limbah kendaraan bermotor. Unsur ini mengalami peningkatan ketika melibatkan atmosfir dan kemudian mencemari tanah serta tanaman. Di daerah padat penduduk (urban), anak-anak menyerap lebih banyak Pb daripada orang dewasa; terutama pada mereka yang kekurangan gizi dan mempunyai perilaku mengkomsumsi makanan tidak bersih atau berdebu, yang dapat mengandung beberapa ribu ppm (1.000 – 3.000 μg Pb/kg). Di London Barat, banyak anak-anak teridentifikasi menderita keracunan akut oleh Pb (O’Neill, 1994 dalam Herman, 2006). Pencemaran unsur Pb dapat juga terjadi akibat pembuangan tailing dari usaha pertambangan logam. Hal ini harus diwaspadai karena dapat mencemari lingkungan dengan akibat timbulnya berbagai penyakit berbahaya atau bahkan kematian.
Pb sebagai gas buang kendaraan bermotor dapat membahayakan kesehatan dan merusak lingkungan. Pb yang terhirup oleh manusia setiap hari akan diserap, disimpan dan kemudian ditabung dalam darah. Bentuk Kimia Pb merupakan faktor penting yang mempengaruhi sifat-sifat Pb di dalam tubuh. Komponen Pb organik misalnya tetraethil Pb segera dapat terabsorbsi oleh tubuh melalui kulit dan membran mukosa. Pb organik diabsorbsi terutama melalui saluran pencernaan dan pernafasan dan merupakan sumber Pb utama di dalam tubuh. Tidak semua Pb yang terisap atau tertelan ke dalam tubuh akan tertinggal di dalam tubuh. Kira-kira 5-10 % dari jumlah yang tertelan akan diabsorbsi melalui
saluran pencernaan, dan kira-kira 30 % dari jumlah yang terisap melalui hidung akan diabsorbsi melalui saluran pernafasan akan tinggal di dalam tubuh karena dipengaruhi oleh ukuran partikel-partikelnya. Di dalam tubuh Pb dapat menyebabkan keracunan akut maupun keracunan kronik (Santi, 2001).
Menurut ketentuan WHO, kadar Pb dalam darah manusia yang tidak terpapar oleh Pb adalah sekitar 10 -25 µg/100 ml. Pada penelitian yang dilakukan di industri proses daur ulang aki bekas, ditemukan bahwa kadar Pb udara di daerah terpapar pada malam hari besarnya sepuluh kali lipat kadar Pb di daerah tidak terpapar pada malam hari (0,0299 mg/m3 vs 0,0028 mg/m3), sedangkan rerata kadar Pb Blood (Pb-B) di daerah terpapar 170,44 µg/100 ml dan di daerah tidak terpapar sebesar 45,43 µg/100 ml. Juga ditemukan bahwa semakin tinggi kadar Pb-B, semakin rendah kadar Hb-nya (Swandi, 1995 dalam Sudarmaji, dkk., 2006).
Jumlah Pb minimal di dalam darah yang dapat menyebabkan keracunan berkisar antara 60-100 mikro gram per 100 ml darah. Pada keracunan akut biasanya terjadi karena masuknya senyawa timbal yang larut dalam asam atau menghirup uap Pb tersebut. Gejala-gejala yang timbul berupa mual, muntah, sakit perut hebat, kelainan fungsi otak, anemia berat, kerusakan ginjal bahkan kematian dapat terjadi dalam 1-2 hari. Kelainan fungsi otak terjadi karena Pb ini secara kompetitif menggantikan mineral-mineral utama seperti seng, tembaga, dan besi dalam mengatur fungsi mental kita. Keracunan timbal kronik menimbulkan gejala seperti depresi, sakit kepala, sulit berkonsentrasi, gelisah, daya ingat menurun, sulit tidur, halusinasi dan kelemahan otot. Susunan saraf pusat merupakan organ sasaran utama timbal. Menurut penelitian dr M. Erikson menunjukkan bahwa wanita hamil yang memiliki kadar timbal tinggi dalam darahnya ternyata 90 % dari simpanan timbal pada tubuhnya dialirkan kepada janin melalui plasenta, dimana keracunan pada janin mempengaruhi intelektual dan tingkah laku si anak di kemudian hari (Santi, 2001).
Timah Hitam berakumulasi di rambut sehingga dapat dipakai sebagai indikator untuk memperkirakan tingkat pemajanan atau kandungan Pb dalam tubuh. Anak-anak merupakan kelompok resiko tinggi menelan langsung bekas cat yang mengandung Pb yang merupakan sumber pemajanan, selain emisi industri dan debu jalan yang berasal dari lalu lintas yang padat. Menurut Sudarmaji, dkk., (2006), paparan bahan tercemar Pb dapat menyebabkan gangguan pada organ sebagai berikut :
1. Gangguan neurology.
Gangguan neurologi (susunan syaraf) akibat tercemar oleh Pb dapat berupa encephalopathy, ataxia, stupor dan coma. Pada anak-anak dapat menimbulkan kejang tubuh dan neuropathy perifer.
2. Gangguan terhadap fungsi ginjal.
Logam berat Pb dapat menyebabkan tidak berfungsinya tubulus renal, nephropati irreversible, sclerosis vaskuler, sel tubulus atropi, fibrosis dan sclerosis glumerolus. Akibatnya dapat menimbulkan aminoaciduria dan glukosuria, dan jika paparannya terus berlanjut dapat terjadi nefritis kronis.
3. Gangguan terhadap sistem reproduksi.
Logam berat Pb dapat menyebabkan gangguan pada sistem reproduksi berupa keguguran, kesakitan dan kematian janin. Logam berat Pb mempunyai efek racun terhadap gamet dan dapat menyebabkan cacat kromosom. Anak -anak sangat peka terhadap paparan Pb di udara. Paparan Pb dengan kadar yang rendah yang berlangsung cukup lama dapat menurunkan IQ.
4. Gangguan terhadap sistem hemopoitik.
Keracunan Pb dapat menyebabkan terjadinya anemia akibat penurunan sintesis globin walaupun tak tampak adanya penurunan kadar zat besi dalam serum. Anemia ringan yang terjadi disertai dengan sedikit peningkatan kadar ALA ( Amino Levulinic Acid) urine. Pada anak-anak juga terjadi peningkatan ALA dalam darah. Efek dominan dari keracunan Pb pada sistem hemopoitik adalah peningkatan ekskresi ALA dan CP (Coproporphyrine). Dapat dikatakan bahwa gejala anemia merupakan gejala dini dari keracunan Pb pada manusia. Anemia tidak terjadi pada karyawan industri dengan kadar Pb-B (kadar Pb dalam darah) dibawah 110 ug/100 ml. Dibandingkan dengan orang dewasa, anak-anak lebih sensitif terhadap terjadinya anemia akibat paparan Pb. Terdapat korelasi negatif yang signifikan antara Hb dan kadar Pb di dalam darah. Menurut Anonim (2008), gejala klinis keracunan timah hitam pada individu dewasa tidak akan timbul pada kadar Pb yang terkandung dalam darah di bawah 80 mg Pb/100 g darah namun hambatan aktivitas enzim untuk sintesa haemoglobin sudah terjadi pada kandungan Pb normal (30–40 mg).
5. Gangguan terhadap sistem syaraf.
Efek pencemaran Pb terhadap kerja otak lebih sensitif pada anak-anak dibandingkan pada orang dewasa. Paparan menahun dengan Pb dapat menyebabkan lead encephalopathy.
Pada anak dengan kadar Pb darah (Pb-B) sebesar 40-80 µg/100 ml dapat timbul gejala gangguan hematologis, namun belum tampak adanya gejala lead encephalopathy. Gejala yang timbul pada lead encephalopathy antara lain adalah rasa canggung, mudah tersinggung, dan penurunan pola berpikir. Apabila pada masa bayi sudah mulai terpapar oleh Pb, maka pengaruhnya pada profil psikologis dan penampilan pendidikannya akan tampak pada umur sekitar 5-15 tahun. Akan timbul gejala tidak spesifik berupa hiperaktifitas atau gangguan psikologis jika terpapar Pb pada anak berusi 21 bulan sampai 18 tahun. Untuk melihat hubungan antara kadar Pb-B dengan IQ (Intelegance Quation) telah dilakukan penelitian pada anak berusia 3 sampai 15 tahun dengan kondisi sosial ekonomi dan etnis yang sama. Pada sampel dengan kadar Pb-B sebesar 40-60 µg/100 ml ternyata mempunyai IQ lebih rendah apabila dibandingkan dengan sampel yang kadar Pb-B kurang dari 40 µg/100 ml. Pada dewasa muda yang berumur sekitar 17 tahun tidak tampak adanya hubungan antara Pb-B dan IQ.

2. FITOREMEDIASI SEBAGAI TEKNIK PEMULIHAN LINGKUNGAN TERCEMAR LOGAM BERAT

Pencemaran lingkungan di berbagai negara, termasuk Indonesia, sudah sangat kompleks dan mengkhawatirkan seiring dengan pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan diberbagai bidang. Salah satu teknik dalam memperbaiki kualitas lingkungan yang tercemar adalah dengan teknik fitoremediasi. Menurut Priyanto & Prayitno (2006), fitoremediasi berasal dari kata phyto (asal kata Yunani phyton) yang berarti tumbuhan/tanaman (plant) dan kata remediation (asal kata Latin remediare = to remedy) yaitu memperbaiki/ menyembuhkan atau membersihkan sesuatu. Dengan demikian fitoremediasi dapat didefinisikan sebagai: penggunaan tumbuhan untuk menghilangkan, memindahkan, menstabilkan, atau menghancurkan bahan pencemar baik itu senyawa organik maupun anorganik.
Menurut Mangkoedihardjo (2005), bahwa proses fitoremediasi secara umum dibedakan berdasarkan mekanisme fungsi dan struktur tumbuhan. USEPA (1999, 2005) dan ITRC (2001) secara umum membuat klasifikasi proses sebagai berikut:
1. Fitostabilisasi (phytostabilization); gambar 2. Akar tumbuhan melakukan imobilisasi polutan dengan cara mengakumulasi, mengadsorpsi pada permukaan akar dan mengendapkan presipitat polutan dalam zona akar. Proses ini secara tipikal digunakan untuk dekontaminasi zat-zat anorganik yang terkandung minyak yaitu sulfur, nitrogen, dan beberapa logam berat (sekitar 2-50% kandungan minyak).
2. Fitoekstraksi/fitoakumulasi (phytoextraction/phytoaccumulation); gambar 3. Akar tumbuhan menyerap polutan dan selanjutnya ditranslokasi ke dalam organ tumbuhan. Proses ini cocok digunakan untuk dekontaminasi zat-zat anorganik seperti pada proses fitostabilisasi.
3. Rizofiltrasi (rhizofiltration); gambar 4. Akar tumbuhan mengadsorpsi atau presipitasi pada zona akar atau mengabsorpsi larutan polutan sekitar akar ke dalam akar. Proses ini digunakan untuk bahan larutan yang mengandung bahan organik maupun anorganik.
4. Fitodegradasi/fitotransformasi (phytodegradation/phytotransformation); gambar 5. Organ tumbuhan menguraikan polutan yang diserap melalui proses metabolisme tumbuhan atau secara enzimatik.
5. Rizodegradasi (rhizodegradation/enhanced rhizosphere biodegradation/ phytostimulation/plant-assisted-bioremediation/degradation); gambar 6. Polutan yang diuraikan oleh mikroba dalam tanah, yang diperkuat/sinergis oleh ragi, fungi, dan zat-zat keluaran akar tumbuhan (eksudat) yaitu gula, alkohol, asam. Eksudat itu merupakan makanan mikroba yang menguraikan polutan maupun biota tanah lainnya. Proses ini tepat untuk dekontaminasi zat organik.
6. Fitovolatilisasi (Phytovolatilization); gambar 7. Penyerapan polutan oleh tumbuhan dan dikeluarkan dalam bentuk uap cair ke atmosfer. Kontaminan bisa mengalami transformasi sebelum lepas ke atmosfer. Proses ini tepat digunakan untuk kontaminan zat-zat organik.

Tumbuhan hiperakumulator adalah tumbuhan yang mempunyai kemampuan untuk mengkonsentrasikan logam di dalam biomassanya dalam kadar yang luar biasa tinggi. Batas hiperakumulator berbeda-beda bergantung pada jenis logamnya, misalnya kadmium 0,01% (100 mg/kg BK) sedangkan kobalt, tembaga dan timbal adalah 0,1% (1.000 mg/kg BK) serta seng dan mangan adalah 1% (10.000 mg/kg BK). Laporan pertama mengenai adanya tumbuhan hiperakumulator muncul pada tahun 1948 oleh Minguzzi dan Vergnano, yang menemukan kadar nikel setinggi 1,2% dalam daun Alyssum bertolonii. Sejak itu, terutama dengan mengandalkan analisis mikro terhadap spesimen herbarium, diketahui ada 435 taxa tumbuhan hiperakumulator logam yang tumbuh tersebar di lima benua dan semua wilayah iklim (Baker, 1999 dalam Priyanto & Prayitno, 2006).
Pohon bakau (Rhizophora mucronata) dapat mengakumulasi tembaga (Cu), mangan (Mn), dan seng (Zn). Hipokotil pohon bakau dapat mengakumulasi tembaga (Cu), besi (Fe), dan seng (Zn). Kemampuan vegetasi mangrove dalam mengakumulasi logam berat dapat dijadikan alternatif perlindungan perairan terhadap pencemaran logam berat. Tumbuhan yang hidup di daerah tercemar memiliki mekanisme penyesuaian yang membuat polutan menjadi nonaktif dan disimpan di dalam jaringan tua sehingga tidak membahayakan pertumbuhan dan kehidupan tumbuhan. Polutan tersebut akan memberi pengaruh jika dikeluarkan melalui metabolisme jaringan atau jika tumbuhan tersebut dikonsumsi. Pemberian polutan dapat merangsang kemampuannya untuk bertahan pada tingkat yang lebih toksik (Arisandi, 2001).
Tumbuhan mampu untuk menyerap ion-ion dari lingkungannya melalui membran sel. Dua sifat penyerapan ion oleh tumbuhan adalah:
1. Faktor konsentrasi; Kemampuan tumbuhan dalam mengakumulasi ion sampai tingkat konsentrasi tertentu, bahkan dapat mencapai beberapa tingkat lebih besar dari konsentrasi ion di dalam mediumnya.
2. Perbedaan kuantitatif akan kebutuhan hara yang berbeda pada tiap jenis tumbuhan; Sel-sel akar tumbuhan umumnya mengandung konsentrasi ion yang lebih tinggi daripada medium di sekitarnya. Sejumlah besar eksperimen menunjukkan adanya hubungan antara laju pengambilan ion dengan konsentrasi ion yang menyerupai hubungan antara laju reaksi yang dihantarkan enzim dengan konsentrasi substratnya. Analogi ini menunjukkan adanya barier khusus dalam membran sel yang hanya sesuai untuk suatu ion tertentu dan dapat menyerap ion tersebut, sehingga pada konsentrasi substrat yang tinggi semua barier berperan pada laju maksimum hingga mencapai laju pengambilan jenuh (Fitter, 1982 dalam Arisandi, 2001).

3. FITOREMEDIASI LINGKUNGAN YANG TERCEMAR Pb
Menurut PPLH-IPB (1997); Sutamihardja, dkk (1982) dalam Marganof (2003), logam berat memiliki sifat-sifat, yaitu :
1. Sulit didegradasi, sehingga mudah terakumulasi dalam lingkungan perairan dan keberadaannya secara alami sulit terurai (dihilangkan).
2. Dapat terakumulasi dalam organisme termasuk kerang dan ikan, dan akan membahayakan kesehatan manusia yang mengkomsumsi organisme tersebut.
3. Mudah terakumulasi di sedimen, sehingga konsentrasinya selalu lebih tinggi dari konsentrasi logam dalam air. Disamping itu sedimen mudah tersuspensi karena pergerakan masa air yang akan melarutkan kembali logam yang dikandungnya ke dalam air, sehingga sedimen menjadi sumber pencemar potensial dalam skala waktu tertentu.
Berbagai penelitian fitoremediasi telah banyak dilaksanakan dalam usaha memperbaiki kualitas lingkungan yang tercemar logam Pb. Beberapa diantaranya dilakukan pada lingkungan perairan. Seperti dilaporkan Moenandir & Hidayat (1993) dalam Sitorus (2007) bahwa, kangkung air (Ipomea aquatic) ternyata dapat meningkatkan mutu air yang tercemar oleh air limbah dan mampu menyerap logam berat yang terlarut dalam media tumbuh. Hasil penelitian mereka terhadap air limbah tekstil, obat-obatan, pabrik roti dan aquadest mampu menurunkan kadar logam Pb 0,92 ppm. Hasil penelitian Osmolovskaya & Kurilenko (2005) menemukan bahwa beberapa jenis makrofita mampu berperan dalam fitoremediasi terhadap Pb. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Elodea Canadensis, Ceratophyllum demersum L., dan Potamogeton natans L. mampu menyerap Pb dalam air masing-masing sebesar 27,4 , 10, 7 dan 9,3 mg kg -1 DW.
Sedangkan yang dilaporkan oleh Liao & Chang (2004), bahwa eceng gondok (Eichhornia crassipes) memiliki kemampuan dalam menyerap Pb. Selama penelitan mereka yang dilakukan di perairan Erh-Chung wetland menunjukkan bahwa eceng gondok mampu menyerap Pb sebesar 542 mg/m2 dengan kapasitas penyerapan sebesar 5,4kg/ha. Pengukuran kandungan Pb ini dilakukan terhadap jaringan tanaman, media air dan sedimen. Hal ini dilakukan karena adanya korelasi antara kandungan Pb di dalam jaringan tanaman dan media tumbuh. Menurut Wilson (1988) dalam Arisandi (2001), bahwa logam berat yang terlarut dalam air akan berpindah ke dalam sedimen jika berikatan dengan materi organik bebas atau materi organik yang melapisi permukaan sedimen, dan penyerapan langsung oleh permukaan partikel sedimen. Materi organik dalam sedimen dan kapasitas penyerapan logam sangat berhubungan dengan ukuran partikel dan luas permukaan penyerapan, sehingga konsentrasi logam dalam sedimen biasanya dipengaruhi ukuran partikel dalam sedimen.
Seperti dilaporkan oleh Tjahaja (2006) bahwa, tanaman eceng gondok juga mampu mengakumulasi radiosesium (unsur radioktif) sampai 188 kali di atas konsentrasi radiosesium pada media tempat tumbuhnya. Selain itu juga tanaman kiambang mampu menyerap dan mengakumulasi radiosesium dari air tempat hidupnya. Radiosesium yang diserap oleh tanaman terdistribusi pada bagian akar dan batang serta daun dengan konsentrasi dalam akar lebih besar. Akumulasi radiosesium dalam tanaman mencapai maksimum pada hari ke 25, yaitu sebesar 5,87 ml/g. Xia dan Ma (2005) melaporkan bahwa, eceng gondok memiliki kemampuan sebagai fitodegradasi terhadap ethion (komponen pestisida). Kecepatan dalam me-metabolisme ethion adalah 55-91% di pucuk dan 74-81% di akar dalam waktu satu minggu.
Menurut Reddy (1990) dalam Sitorus (2007), kehadiran tanaman air di dalam kolam pengolahan sangat potensial untuk menyaring dan menyerap bahan yang terlarut di dalam limbah seperti logam–logam berat (Hg, Pb, Cn, Mn, Mg dan lain-lain), melangsungkan pertukaran dan penyerapan ion, serta memelihara kondisi perairan dari pengaruh angin, sinar matahari dan suhu. Selain itu tanaman air juga aman, relatif sederhana dan murah.
Kemampuan tanaman air, seperti eceng gondok, untuk mengikat bahan-bahan organik dari partikel lumpur membuat tanaman ini dapat digunakan untuk menjernihkan air, memiliki fungsi ekologis sebagai stabilisator suatu perairan karena kemampuannya menetralisir bahan pencemar yang masuk keperairan. Melalui akarnya yang lebat bahan pencemar itu diserap untuk kemudian digunakan dalam proses metabolismenya atau disimpan dalam akar, batang, umbi atau daunnya serta dapat menyerap kelebihan unsur hara di dalam air yang menyebabkan pencemaran (Soerjani, 1980 dalam Sitorus, 2007). Sedangkan tanaman kangkung air mulai dari bagian batang, dan daun dapat dikonsumsi oleh manusia sebagai bahan makanan, selain itu tanaman ini juga memiliki kemampuan dalam menyerap bahan-bahan pencemar dan logam berat yang terlarut dalam media tumbuh sehingga kandungannya menjadi menurun atau mutu air limbah menjadi meningkat (Moenandir , 1993 dalam Sitorus, 2007).
Tumbuhan lahan basah telah berevolusi agar hidup di lingkungan yang didominasi oleh air melalui adaptasi struktur dan fisiologinya, yaitu dengan membentuk jaringan lakuna atau aerenkhima di dalam akar dan batangnya untuk pertukaran gas oksigen dari bagian batang ke akar. Perubahan lain terlihat pada tumbuhan mengapung, yaitu dengan membentuk daun yang bulat penuh untuk menjaga agar tidak sobek, tekstur seperti kulit yang kuat, dan permukaan atas yang hidrofobik untuk menjaga agar tidak basah. Tidak seperti pada tanaman darat pada umumnya, stomata tumbuhan mengapung ditemukan di bagian sisi sebelah atas daun (Guntenspergen dkk., 1989 dalam Priyanto & Prayitno, 2006).
Menurut Priyanto & Prayitno, (2006) bahwa, tumbuhan timbul dipakai untuk pengolah limbah karena tumbuhan tersebut mengasimilasi senyawa organik dan anorganik dari limbah. Tumbuhan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi dan tajuk yang besar dapat menyimpan bermacam hara mineral. Pada media kerikil, pertumbuhan tanaman timbul dapat menurunkan konsentrasi hara mineral. Rizoma dan akar beberapa tumbuhan air berfungsi sebagai filtrasi dan pengendap senyawa hidrokarbon dan logam berat beracun. Tingkat konsentrasi logam berat dalam jaringan tanaman-tanaman tersebut dari yang tertinggi adalah berturut-turut sebagai berikut: akar, rizoma, dan daun. Tumbuhan mengapung seperti eceng gondok juga dapat menghilangkan hara dan logam berat dalam jumlah yang cukup signifikan.
Tanaman air seperti eceng gondok dan kangkung air, yang tampak tidak memiliki nilai ekonomis tinggi, ternyata memiliki kemampuan sebagai tumbuhan yang berperan dalam mengurangi dampak pencemaran lingkungan. Pengendalian pencemaran lingkungan perairan akibat Pb secara biologis (misalnya fitoremediasi) merupakan metode yang sangat efektif, disamping mudah, murah, memberikan manfaat yang besar, juga relatif tidak menimbulkan dampak sampingan.
Agen fitoremediasi berupa tumbuhan air seperti eceng gondok, kangkung air dan makrofita lainnya relatif mudah didapat, serta memiliki kemampuan tumbuh dan berkembang dengan cepat. Tumbuhan-tumbuhan ini kadang-kadang di beberapa tempat justru menimbulkan masalah di perairan (blomming), seperti sungai, danau atau rawa. Dengan adanya teknik fitoremediasi, maka akan memberikan manfaat yang besar, tidak saja dapat mengurangi polutan Pb pada perairan tapi juga dapat mengatasi permasalahan yang ditimbulkan oleh tumbuhan air akibat kecepatan pertumbuhan dan perkembangbiakannya yang tinggi.
Penelitian mengenai fitoremediasi terhadap udara tercemar logam berat Pb jarang ditemukan di dalam jurnal-jurnal penelitian. Hal ini dapat dimengerti karena disamping biaya yang besar, juga sulit menemukan metode yang tepat. Namun demikian ada beberapa penelitian yang melaporkan tentang fitoremediasi udara tercemar. Diantaranya seperti yang dilaporkan oleh Lukman dkk., (2007) bahwa, tanaman angsana (Pterocarpus indicus) merupakan jenis tanaman yang toleran sekaligus mampu menyerap polutan amonia di udara lebih banyak dibandingkan dengan ketapang (Terminalia catappa), mahoni (Sweitenia macrophylla), glodokan tiang (Polyathia longifolia) dan tanjung (Mimusops elengi). Angsana dengan perlakuan di dalam kawasan pabrik, setelah tiga bulan kadar N-totalnya menjadi 5,6%, atau terjadi penambahan sebesar 3,4% dibandingkan dengan sebelum perlakuan (2,2%). Kadar N-total terendah terdapat pada tanaman tanjung, yaitu sebesar 3,2%.
Beberapa jenis tumbuhan mempunyai sifat hiperakumulator yang luar biasa. Namun biasanya tumbuhan yang teradaptasi di tanah berkadar logam tinggi dan toleran terhadap logam mempunyai sifat tumbuh lambat. Karakter manakah yang lebih penting, sifat "hiperakumulator tetapi tumbuh lambat" atau "tumbuh cepat tetapi toleransi medium", memang bisa menjadi bahan perdebatan bila sudah sampai pada persoalan memilih jenis tumbuhan yang sesuai. Kelompok di USDA-ARS yakin bahwa hipertoleransi lebih penting daripada biomassa tinggi. Penggunaan tumbuhan hiperakumulator juga lebih menguntungkan bila kita harus mendaur ulang logam yang telah dihimpun di dalam biomassa tumbuhan. Karena dengan kadar akumulasi tinggi, biomassa yang harus ditangani jelas jauh lebih sedikit (Chaney dkk., 1997 dalam Priyanto & Prayitno, 2006).
Masih menurut Priyanto & Prayitno (2006) bahwa, usaha untuk meningkatkan akumulasi logam berat, khususnya timbal, telah dilakukan di beberapa laboratorium. Ilya Raskin dan kolega di AgBiotech Center berusaha menaikkan tingkat akumulasi Pb oleh Brassica juncea dengan memberikan zat pengkhelat ke dalam tanah. Hasilnya menunjukkan, bahwa dengan memberikan khelator EDTA ke dalam tanah yang mengandung 600 mg Pb/kg, tumbuhan Brassica juncea mampu mengakumulasi Pb hingga 1,5% biomassanya. Dengan demikian bila dianggap hasil biomassa adalah 12 t/ha, maka sebanyak 180 kg Pb/ha dapat diambil dari dalam tanah. Untuk mencapai hasil yang tinggi ini tambahan biaya untuk pemberian EDTA diperhitungkan sekitar US$7,50/t tanah yang digarap.
Menurut Homaee (2006) bahwa, tanaman lobak (Rhaphanus sativa L.) mampu berperan dalam fitoremediasi logam Pb. Konsentrasi maksimum Pb di dalam akar yaitu sebesar 440 µg/gr, sedangkan di dalam daun sebesar 42 µg/gr. Dalam penelitian ini terlihat bahwa lobak berperan dalam proses fitoekstraksi. Sedangkan yang dilaporkan oleh Huang, dkk. (1997), bahwa, tanaman jagung (Zea mays L.) dan kacang kapri (Pisum sativum L.) dapat menyerap Pb. Melalui penambahan EDTA di dalam tanah meningkatkan konsentrasi Pb di dalam pucuk kedua tumbuhan tersebut dari sekitar 500 mg/kg menjadi 10.000 mg/kg dimana kandungan Pb di dalam tanah lebih kurang 2.500 mg/kg.
Teknik fitoremediasi dapat digunakan dalam proses pembersihan air tanah dari cemaran berbagai macam logam berat, termasuk Pb. Hal ini menjadi penting mengingat sumber air tanah masih banyak dimanfaatkan oleh manusia untuk berbagai macam kebutuhan. Proses ini dapat diilustrasikan pada gambar 8 berikut ini.

Menurut Priyanto & Prayitno (2006) bahwa, penyerapan dan akumulai logam berat oleh tumbuhan dapat dibagi menjadi tiga proses yang sinambung, yaitu penyerapan logam oleh akar, translokasi logam dari akar ke bagian tumbuhan lain, dan lokalisasi logam pada bagian sel tertentu untuk menjaga agar tidak menghambat metabolisme tumbuhan tersebut. Penyerapan oleh akar dilakukan dengan membawa logam ke dalam larutan di sekitar akar (rizosfer) dengan beberapa cara bergantung pada spesies tumbuhannya. Sebagai contoh Thlaspi cearulescens dapat memobilisasi seng dengan cara menurunkan pH pada daerah perakaran sebesar 0,2-0,4 unit. Mekanisme penyerapan besi lewat pembentukan suatu zat khelat yang disebut fitosiderofor telah diketahui secara mendalam pada jenis rumput-rumputan. Molekul fitosiderofor yang terbentuk ini akan mengikat (mengkhelat) besi dan membawanya ke dalam sel akar melalui peristiwa transport aktif. Selain aktif terhadap besi, fitosiderofor dapat mengikat logam lain seperti seng, tembaga dan mangan. Sekarang diketahui, bahwa berbagai molekul lain berfungsi serupa, misalnya histidin yang meningkatkan penyerapan nikel pada Alyssum sp. dan suatu senyawa peptida khusus, fitokhelatin, yang mengikat selenium pada Brassica juncea serta logam lain seperti timbal, kadmium dan tembaga. Di dalam meningkatkan penyerapan besi, tumbuhan membentuk suatu molekul reduktase di membran akarnya. Reduktase ini berfungsi mereduksi logam yang selanjutnya diangkut melalui kanal khusus di dalam membran akar.
Setelah logam dibawa masuk ke dalam sel akar, selanjutnya logam harus ditranslokasi di dalam tubuh tumbuhan melalui jaringan pengangkut, yaitu xilem dan floem, ke bagian tumbuhan lain. Untuk meningkatkan efisiensi pengangkutan, logam diikat oleh molekul khelat. Berbagai molekul khelat yang berfungsi mengikat logam dihasilkan oleh tumbuhan, misalnya histidin yang terikat pada Ni dan fitokhelatin-glutation yang terikat pada Cd. Untuk mencegah peracunan logam terhadap sel, tumbuhan mempunyai mekanisme detoksifikasi yaitu dengan melokalisasi logam pada jaringan, misalnya dengan menimbun logam di dalam organ tertentu seperti akar (untuk Cd pada Silene dioica), trikhoma (untuk Cd), dan lateks (untuk Ni pada Serbetia acuminata).

TRANSLOKASI DAN PENYIMPANGAN PADA TUMBUHAN

BAB 1
TRANSLOKASI DAN PENYIMPANGAN PADA TUMBUHAN
A. SEKILAS TENTANG SISTEM PENGANGKUTAN PADA TUMBUHAN
Pengangkutan air dan garam – garam mineral pada tumbuhan tingkat tinggi, seperti pada tumbuhan biji dilakukan melalui dua mekanisme pertama, air dan mineral diserap dari dalam tanah menuju sel – sel akar. Pengangkutan air dan mineral ini dilakukan secara
1. diluar berkas pembuluh disebut pengangkutan ekstravaskuler.
2. didalam berkas pembuluh disebut pengangkutan vaskuler.
Pengangkutan intravasikuler intinya pengangkutan di dalam pembuluh dari akar ke daun . Sedangkan pengangkutan ekstravaskuler dalam perjalannya menuju silinder pusat, air akan bergerak secara bebas di antara ruang antar sel. Pengangkutan air dan mineral dari dalam tanah di luar berkas pembuluh ini dilakukan melalui dua mekanisme, yaitu apoplas dan simplas.
1. Pengangkutan Apoplas
Pengangkutan sepanjang jalur ekstraseluler yang terdiri atas bagian tak hidup dari akar tumbuhan, yaitu dinding sel dan ruang antar sel. air masuk dengan cara difusi, aliran air secara apoplas tidak tidak dapat terus mencapai xilem karena terhalang oleh lapisan endodermis yang memiliki penebalan dinding sel dari suberin dan lignin yang dikenal sebagai pita kaspari. Dengan demikian, pengangkutan air secara apoplas pada bagian korteks dan stele menjadi terpisah.
2. Pengangkutan Simplas
Pada pengangkutan ini, setelah masuk kedalam sel epidermis bulu akar, air dan mineral yang terlarut bergerak dalam sitoplasma dan vakuola, kemudian bergerak dari satu sel ke sel yang lain melalui plasmodesmata. Sistem pengangkutan ini , menyebabkan air dapat mencapai bagian silinder pusat. Adapun lintasan aliran air pada pengangkutan simplas adalah sel – sel bulu akar menuju sel – sel korteks, endodermis, perisikel, dan xilem. dari sini , air dan garam mineral siap diangkut keatas menuju batang dan daun.
B. PENGERTIAN TRANSLOKASI
Proses pengangkutan bahan makanan dalam tumbuhan dikenal dengan translokasi. Translokasi merupakan pemindahan hasil fotosintesis dari daun atau organ tempat penyimpanannya ke bagian lain tumbuhan yang memerlukannya. Jaringan pembuluh yang bertugas mengedarkan hasil fotosintesis ke seluruh bagian tumbuhan adalah floem (pembuluh tapis).
Zat terlarut yang paling banyak dalam getah floem adalah gula, terutama sukrosa. Selain itu, di dalam getah floem juga mengandung mineral, asam amino,dan hormon, berbeda dengan pengangkutan pada pembuluh xilem yang berjalan satu arah dari akar ke daun, pengangkutan pada pembuluh floem dapat berlangsung kesegala arah, yaitu dari sumber gula (tempat penyimpanan hasil fotosintesis) ke organ lain tumbuhan yang memerlukannya.
Satu pembuluh tapis dalam sebuah berkas pembuluh bisa membawa cairan floem dalam satu arah sementara cairan didalam pipa lain dalam berkas yang sama dapat mengalir dengan arah yang berlainan. Untuk masing – masing pembuluh tapis, arah transport hanya bergantung pada lokasi sumber gula dan tempat penyimpanan makanan yang dihubungkan oleh pipa tersebut.

C. MEKANISME DAN POLA TRANSLOKASI
Sejak lama para ahli fisiologi tumbuhan bermaksud mengukur langsung translokasi dalam system pengangkutan dengan cara mengikuti pergerakan bahan bertanda. Mula – mula menggunakan zat warna : fluoresein bergerak dengan mudah dalam sel floem dan masih digunakan sebagai perunut yang efektif. Virus dan herbisida juga pernah digunakan. Penggunakan fosfor, belerang, klorin, kalsium, stronsium, rubidium, kalium, hydrogen dalam kajian ini, namun hingga saat ini nuklida radioaktif yang paling penting.
Perunut radioaktif bisa dilacak perjalannya dengan pelacak radiasi yang disentuhkan pada batang atau bagian lain dari tumbuhan. Metode lainnya adalah autoradiografi. Tumbuhan diletakkan bersinggungan dengan sehelai film sinar – X selama beberapa hari hingga bulan. Kemudian,film tersebut dikembangkan dan ditemui letak radioaktivitasnya pada tanaman tersebut.
Model E. Munch di Jerman pada tahun 1926 adalah model pengangkutan floem yang dianut sampai sekarang. Konsepnya yaitu model aliran – tekanan. Menggunakan dua osmometer. Osmometer yang dilakukan di laboratorium direndam dalam larutan. Osmometer pertama berisi larutan yang lebih pekat daripada larutan sekitar, osmometer kedua berisi larutan kurang pekat dari osmometer pertama dan harus lebih pekat dari medium sekelilingnya. Osmometer pertama dialokasikan dengan daun (sebagai sumber); sedangkan osmometer kedua dialokasikan dengan organ-organ penerima (sebagai limbung, misal buah, jaringan meristem, dan akar). Perbedaan antara model osmometer dengan pengangkutan floem yang sesungguhnya terletak pada sumber dan lingbungnya. Pada daun, bahan terlarut yang telah terangkut segera ditambahkan kembali dari hasil fotosintesis (phloem loading); dan bahan terlarut yang telah sampai ke limbung akan dikeluarkan dari pembuluh floem (phloem unloading). Dimanfaatkan untuk pertumbuhan atau ditimbun di organ penampung, misalnya dalam bentuk pati atau lemak. Larutan perendam pada osmometer setara dengan bagian apoplas tanaman, yakni dinding sel dan pembuluh xylem.
Pengangkutan hasil fotosintesis (translokasi) keseluruh bagian tumbuhan melalui floem merupakan transportasi simplas karena floem merupakan sel hidup. Bagian floem yang berperan utama dalam pengangkutan hasil fotosintesis adalah komponen pembuluh tapis yang berupa sel memanjang berbentuk silindris yang bersatu dibagian ujung membentuk suatu pembuluh. Bukti hasil fotosintesis diangkut melalui adalah pengelupasan kulit pada cangkok, penyadapan getah karet getah damar dan nira.
Translokasi terjadi apabila dua benang kromosom patah setelah terkena energi radiasi, kemudian patahan benang kromosom bergabung kembali dengan cara baru. Patahan kromosom yang satu berpindah atau bertukar pada kromosom yang lain sehingga terbentuk kromosom baru yang berbeda dengan kromosom aslinya. Translokasi dapat terjadi baik di dalam satu kromosom (intrachromosome) maupun antar kromosom (interchromosome). Translokasi sering mengarah pada ketidakseimbangan gamet sehingga dapat menyebabkan kemandulan (sterility) karena terbentuknya chromatids dengan duplikasi dan penghapusan. Alhasil, pemasangan dan pemisahan gamet jadi tidak teratur sehingga kondisi ini menyebabkan terbentuknya tanaman aneuploidi.
Translokasi dilaporkan telah terjadi pada tanaman Aegilops umbellulata dan Triticum aestivum yang menghasilkan mutan tanaman tahan penyakit.
Inversi terjadi karena kromosom patah dua kali secara simultan setelah terkena energi radiasi dan segmen yang patah tersebut berotasi 180 o dan menyatu kembali. Kejadian bila centromere berada pada bagian kromosom yang terinversi disebut pericentric , sedangkan bila centromere berada di luar kromosom yang terinversi disebut paracentric . Inversi pericentric berhubungan dengan duplikasi atau penghapusan chromatid yang dapat menyebabkan aborsi gamet atau pengurangan frekuensi rekombinasi gamet. Perubahan ini akan ditandai dengan adanya aborsi tepung sari atau biji tanaman, seperti dilaporkan terjadi pada tanaman jagung dan barley. Inversi dapat terjadi secara spontan atau diinduksi dengan bahan mutagen, dan dilaporkan bahwa sterilitas biji tanaman heterosigot dijumpai lebih rendah pada kejadian inversi daripada translokasi.
Mekanisme pengangkutan hasil fotosintesis ( translokasi ) pada floem antara lain sebagai berikut :
• teori aliran sitoplasma
Translokasi dapat terjadi karena adanya aliran sitoplasma di dalam sel-sel melalui plasmodesmata. Adanya plasmodesmata memungkinkan pengangkutan hasil fotosintesis secara difusi dari satu sel ke sel lain.

• Teori aliran massa (tekanan ) oleh Erns Munch, 1930
Translokasi terjadi karena adanya perbedaan tekanan osmosis yang terjadi didalam pembuluh floem antar organ yaitu daun, batang dan akar. Peningkatan kadar gula didalam floem daun akan meningkatkan tekanan osmosis daun, sehingga larutan (hasil fotosintesis) akan mengalir dari daun menuju ke akar.

D. MATERIAL TRANSLOKASI
Fungsi floem adalah sebagai jaringan translokasi bahan organik yang terutama berisi karbohidrat. Crafts dan Lorenz (1994) mendapatkan persentase nitrogen (dalam bentuk protein) sebesar 45%. Sebenarnya gula yang menjadi linarut terbesar yang ditranslokasikan dalam cairan floem. Diantara gula ini, sukrosa yang paling banyak jumlahnya. Gula lain seperti gula rafinosa : glukosa, rafinosa, stakiosa, dan fruktosa juga ada pada gula alcohol: manitol, sorbitol, galaktitol, serta mio-inositol.

E. PENYIMPANGAN PADA TUMBUHAN
Tumbuhan dikatakan sehat atau normal, apabila tumbuhan tersebut
dapat melaksanakan fungsi-fungsi fisiologisnya sesuai dengan potensi genetik
terbaik yang dimilikinya. Fungsi-fungsi tersebut mencakup pembelahan, diferensiasi dan perkembangan sel yang normal, penyerapan air dan mineral dari tanah dan mentranslokasikannya ke seluruh bagian tumbuhan. Apabila tumbuhan diganggu oleh patogen atau oleh keadaan lingkungan
tertentu dan salah satu atau lebih dari fungsi tersebut terganggu sehingga terjadi
penyimpangan dari keadaan normal, maka tumbuhan menjadi sakit. Penyebab atau fakto utama penyakit itu berupa organisme hidup patogenik (parasit) maupun factor lingkungan fisik (fisiopath).
Adapun mekanisme penyakit tersebut dihasilkan akan
sangat bervariasi yang tergantung pada agensia penyebabnya dan kadang-kadang
juga bervariasi dengan jenis tumbuhannya. Pada mulanya tumbuhan bereaksi
terhadap agensia penyebab penyakit pada bagian terserang. Reaksi tersebut dapat berupa reaksi biokimia alami, yang tidak dapat dilihat. Akan tetapi reaksinya dengan cepat menyebar dan terjadinya perubahan-perubahan pada jaringan yang dengan sendirinya menjelma menjadi makroskopik dan membentuk gejala penyakit.
Berbagai macam penyakit yang dapat menular, yaitu bakteri, jamur, virus dan tanaman tingkat tinggi. Kekhasan penyakit yang menular adalah
terjadinya interaksi yang terus-menerus oleh faktor-faktor biotik (hidup) atau oleh faktor-faktor abiotik (fisik atau kimia). Sel dan jaringan dari tumbuhan sakit biasanya menjadi lemah atau hancur oleh agensia penyebab penyakit. Kemapuan sel dan jaringan tersebut melaksankaan fungsi-fungsi fisiologisnya yang normal menjadi menurun, atau terhenti sama sekali dan sebagai akibatnya, pertumbuhan menjadi terganggu atau tumbuhan mati. Jenis sel dan jaringan yang terinfeksi akan menentukan jenis fungsi fisiologis yang mula - mula dipengaruhinya.Dapat dicontohkan sebagai berikut:
1) infeksi yang terjadi pada akar (busuk akar) akan mengganggu penyerapan
air dan hara dari dalam tanah.
2) infeksi pada pembuluh kayu (layu vaskular atau kanker tertentu) akan
mengganggu translokasi air dan hara ke tajuk tumbuhan.
3) infeksi pada daun (becak daun, hawar (blight) daun dan mosaik) akan
mengganggu fotosintesis.
4) infeksi pada korteks (kanker pada korteks) akan mengganggu translokasi
hasil fotosintesis ke bagian bawah tumbuhan.
5) infeksi pada bunga akan mengganggu reproduksi.
6) infeksi pada buah (busuk buah) mengganggu reproduksi dan
penyimpanan makanan cadangan bagi pertumbuhan baru.
Patogen mungkin menyebabkan penyakit pada tumbuhan dengan
cara sebagai berikut :
1) Melemahkan inang dengan cara menyerap makanan secara terus-menerus
dari sel-sel inang untuk kebutuhannya.
2) Menghasilkan atau mengganggu metabolisme sel inang dengan toksin,
enzim, atau zat pengatur tumbuh yang disekresinya.
3) Menghambat transportasi makanan, hara mineral dan air melalui jaringan
pengangkut.
4) Mengkonsumsi kandungan sel inang setelah terjadi kontak.





BAB II
KESIMPULAN
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa translokasi merupakan pemindahan hasil fotosintesis dari daun atau organ tempat penyimpanannya ke bagian lain tumbuhan yang memerlukannya. Mekanisme pengangkutan hasil fotosintesis ( trasnlokasi ) pada floem antara lain sebagai berikut :
• Teori aliran sitoplasma
Translokasi dapat terjadi karena adanya aliran sitoplasma di dalam sel-sel melalui plasmodesmata. Adanya plasmodesmata memungkinkan pengangkutan hasil fotosintesis secara difusi dari satu sel ke sel lain.
• Teori aliran massa (tekanan ) oleh Erns Munch, 1930
Translokasi terjadi karena adanya perbedaan tekanan osmosis yang terjadi didalam pembuluh floem antar oragan yaitu daun, batang dan akar. Peningkatan kadar gula didalam floem daun akan meningkatkan tekanan osmosis daun, sehingga larutan (hasil fotosintesis) akan mengalir dari daun menuju ke akar.
Patogen dapat menyebabkan penyakit pada tumbuhan dengan
cara sebagai berikut : melemahkan inang dengan cara menyerap makanan secara terus-menerus dari sel-sel inang untuk kebutuhannya, menghambat transportasi makanan, hara mineral dan air melalui jaringan pengangkut.







DAFTAR PUSTAKA
http://rydc.wordpress.com/2010/01/13/translokasi/
http://jhonri.blogspot.com/2010_01_11_archive.html
http://contohlaporan.blogspot.com/2009/11/transportasi-pada-tumbuhan-biologi.html
http://biologigonz.blogspot.com/2010/03/transportasi-tumbuhan.html

PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Siklus belajar merupakan salah satu metode perencanaan yang telah diakui dalam pendidikan IPA. Siklus belajar dikembangkan berdasarkan teori yang dikembangkan pada masa kini tentang bagaimana siswa seharusnya belajar. Metode ini merupakan metode yang mudah untuk digunakan oleh guru dan dapat memberikan kesempatan untuk mengembangkan kreativitas belajar IPA pada setiap siswa kita. Guru harus menemukan cara-cara memahami pandangan-pandangan siswa, merencanakan kerangka alternatif, merangsang kebingungan antar siswa dan mengembangkan tugas-tugas yang mengajukan konstruksi pengetahuan.
Menurut Dahar RW (1998) menyatakan bahwa prinsip-prinsip yang paling umum dan esensial yang dapat diturunkan dari konstruktivisme ialah siswa memperoleh pengetahuan diluar sekolah dan pendidikan seharusnya memperhatikan hal tersebut. Dan juga menyatakan bahwa pelajaran kemudian dikembangkan dari gagasan yang telah ada mungkin melalui langkah-langkah intermediet dan berakhir dengan gagasan yang telah mengalami modifikasi. Salah satu model belajar mengajar yang menerapkan konstruktivisme adalah penggunaan model siklus belajar atau sering disebut Learning Cycle.







BAB II
LEARNING CYCLE
A. Pengertian Learning Cycle
Learning Cycle adalah suatu model pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered). LC merupakan rangkaian tahap-tahap kegiatan (fase) yang diorganisasi sedemikian rupa sehingga siswa berperan aktif untuk dapat menguasai kompetensi-kompetensi yang harus dicapai dalam tujuan pembelajaran.
B. Hubungan teory belajar Piaget dalam fase-fase Learning Cycle
Teori belajar Piaget (Renner et al, 1988), teori belajar yang berbasis konstruktivisme. Piaget menyatakan bahwa belajar merupakan pengembangan aspek kognitif yang meliputi: struktur, isi, dan fungsi. Struktur intelektual adalah organisasi-organisasi mental tingkat tinggi yang dimiliki individu untuk memecahkan masalah-masalah. Isi adalah perilaku khas individu dalam merespon masalah yang dihadapi. Sedangkan fungsi merupakan proses perkembangan intelektual yang mencakup adaptasi dan organisasi (Arifin, 1995).
Adaptasi terdiri atas asimilasi dan akomodasi. Pada proses asimilasi individu menggunakan struktur kognitif yang sudah ada untuk memberikan respon terhadap rangsangan yang diterimanya. Dalam asimilasi individu berinteraksi dengan data yang ada di lingkungan untuk diproses dalam struktur mentalnya. Dalam proses ini struktur mental individu dapat berubah, sehingga terjadi akomodasi. Pada kondisi ini individu melakukan modifikasi dari struktur yang ada, sehingga terjadi pengembangan struktur mental. Pemerolehan konsep baru akan berdampak pada konsep yang telah dimiliki individu. Individu harus dapat menghubungkan konsep yang baru dipelajari dengan konsep-konsep lain dalam suatu hubungan antar konsep. Konsep yang baru harus diorganisasikan dengan konsep-konsep lain yang telah dimiliki. Organisasi yang baik dari intelektual seseorang akan tercermin dari respon yang diberikan dalam menghadapi masalah. Karplus dan Their (dalam Renner et al, 1988) mengembangkan strategi pembelajaran yang sesuai dengan ide Piaget di atas. Dalam hal ini pembelajar diberi kesempatan untuk mengasimilasi informasi dengan cara mengeksplorasi lingkungan, mengakomodasi informasi dengan cara mengembangkan konsep, mengorganisasikan informasi dan menghubungkan konsep-konsep baru dengan menggunakan atau memperluas konsep yang dimiliki untuk menjelaskan suatu fenomena yang berbeda. Implementasi teori Piaget oleh Karplus dikembangkan menjadi fase eksplorasi, pengenalan konsep, dan aplikasi konsep. Unsur-unsur teori belajar Piaget (asimilasi, akomodasi, dan organisasi) mempunyai korespondensi dengan fase-fase dalam LC (Abraham et al, 1986).
Walaupun fase-fase Learning Cycle dapat dijelaskan dengan teori Piaget, LC juga pada dasarnya lahir dari paradigma konstruktivisme belajar yang lain termasuk teori konstruktivisme sosial Vygotsky dan teori belajar bermakna Ausubel (Dasna, 2005). LC melalui kegiatan dalam tiap fase mewadahi pembelajar untuk secara aktif membangun konsep-konsepnya sendiri dengan cara berinteraksi dengan lingkungan fisik maupun sosial. Implementasi LC dalam pembelajaran sesuai dengan pandangan kontruktivis yaitu:
1. Siswa belajar secara aktif. Siswa mempelajari materi secara bermakna dengan bekerja dan berpikir. Pengetahuan dikonstruksi dari pengalaman siswa.
2. Informasi baru dikaitkan dengan skema yang telah dimiliki siswa.
3. Informasi baru yang dimiliki siswa berasal dari interpretasi individu
Orientasi pembelajaran adalah investigasi dan penemuan yang merupakan pemecahan masalah. (Hudojo, 2001)
C. Tipe dan Pengembangan fase-fase dalam Learning Cycle
Lawson (1995) mengemukakan tiga tipe learning cycle yaitu:
1. Deskriptif; para siswa menemukan pola empiris dalam konteks khusus (eksplorasi); guru memberi nama pada pola itu (pengenalan istilah atau konsep), kemudian pola itu ditentukan dalam konteks-konteks lain (aplikasi konsep).
2. Empiris-induksi; para siswa juga menemukan pola empiris dalam konteks khusus (eksplorasi), tetapi mereka selanjutnya mengemukakan sebab-sebab yang mungkin tentang terjadinya suatu pola.
3. Hipotesis deduktif; dimulai dengan pernyataan sebab. Para siswa diminta untuk merumuskan jawaban-jawaban hipotesis-hipotesis yang mungkin pada terhadap pernyataan itu.
Ketiga tipe learning cycle ini menunjukan suatu kontinum dari sains deskriptif hingga sains eksperimental. Dengan sendirinya ketiga siklus belajar ini menghendaki perbedaan dalam inisiatif dan kemampuan penalaran siswa.
Tahapan-tahapan atau fase-fase pada model pembelajaran Learning Cycle mengalami perkembangan dari tiga tahapan menjadi 5 tahapan. Pengembangan fase-fase LC dari 3 fase menjadi 5 atau 7 fase pun masih tetap berkorespondensi dengan mental functioning dari Piaget.
Menurut Robert Karplus in the 1960 pada mulanya Learning Cycle terdiri dari tiga tahapan (fase) yaitu:
1. Eksplorasi
Pada tahap (fase) eksplorasi siswa diberikan kesempatan menggunakan fungsi panca inderanya dalam berinteraksi dengan lingkungan misalnya dalam kegiatan belajar mengajar melalui beberapa kegiatan seperti praktikum mengidentifikasi fenomena alam, menganalisis artikel, mendiskusikan fenomena alam dan lain-lain. Dari beberapa kegiatan tersebut diharapakan memberikan ketidakseimbangan dalam struktur pemikiran siswa (cognitive disequilibrium) yang ditandai dengan munculnya pertanyaan-pertanyaan yang mengarah pada berkembangnya daya nalar tingkat tinggi (high level reasoning) yang diawali dengan kata-kata seperti mengapa dan bagaimana (Dasna, 2005, Rahayu, 2005). Munculnya pertanyaan-pertanyaan tersebut sekaligus merupakan indikator kesiapan siswa untuk menempuh fase berikutnya.
2. Pengenalan Konsep (konsep introduction)
Pada fase ini diharapkan terjadi proses menuju kesetimbangan antara konsep-konsep yang telah dimiliki siswa dengan konsep-konsep yang baru dipelajari melalui kegiatan-kegiatan yang membutuhkan daya nalar seperti menelaah sumber pustaka dan berdiskusi. Pada tahap ini siswa mengenal istilah-istilah yang berkaitan dengan konsep-konsep baru yang sedang dipelajari.
3. Aplikasi konsep, siswa diajak menerapkan pemahaman konsepnya melalui kegiatan-kegiatan seperti problem solving (menyelesaikan problem-problem nyata yang berkaitan) atau melakukan percobaan lebih lanjut. Penerapan konsep dapat meningkatkan pemahaman konsep dan motivasi belajar, karena pebelajar mengetahui penerapan nyata dari konsep yang mereka pelajari.
Tiga fase dalam model learning cycle saat ini telah dikembangkan dan disempurnakan menjadi 5 fase, dan 7 fase. Pada LC 5 fase, ditambahkan tahap engagement sebelum exploration dan ditambahkan pula tahap evaluation pada bagian akhir siklus. Pada model ini, tahap concept introduction dan concept application masing-masing diistilahkan menjadi explaination dan elaboration. Karena itu LC 5 fase sering dijuluki LC 5E yaitu Engagement, Exploration, Explaination, Elaboration, dan Evaluation (Lorsbach, 2002).
5 E Learning Cycle Model

eE











Engagement
Mempersiapkan diri siswa agar terkondisi dalam menempuh fase berikutnya dengan jalan mengeksplorasi pengetahuan awal dan ide-ide mereka serta untuk mengetahui kemungkinan terjadinya miskonsepsi pada pembelajaran sebelumnya.
Minat dan keingintahuan (curiosity) pebelajar tentang topik yang akan diajarkan berusaha dibangkitkan. Pada fase ini pula pebelajar diajak membuat prediksi-prediksi tentang fenomena yang akan dipelajari dan dibuktikan dalam tahap eksplorasi
Exploration Siswa diberi kesempatan untuk bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil tanpa pengajaran langsung dari guru untuk menguji prediksi, melakukan dan mencatat pengamatan serta ide-ide melalui kegiatan-kegiatan seperti praktikum dan telaah literatur.
Explanation Pada fase explanation, guru harus mendorong siswa untuk menjelaskan konsep dengan kalimat mereka sendiri, meminta bukti dan klarifikasi dari penjelasan mereka, dan mengarahkan kegiatan diskusi
Elaboration siswa menerapkan konsep dan ketrampilan dalam situasi baru melalui kegiatan-kegiatan seperti praktikum lanjutan dan problem solving.
Evaluation Pada tahap akhir, evaluation, dilakukan evaluasi terhadap efektifitas fase-fase sebelumnya dan juga evaluasi terhadap pengetahuan, pemahaman konsep, atau kompetensi siswa melalui problem solving dalam konteks baru yang kadang-kadang mendorong siswa melakukan investigasi lebih lanjut. Berdasarkan tahapan-tahapan dalam metode pembelajaran bersiklus seperti dipaparkan di atas, diharapkan siswa tidak hanya mendengar keterangan guru tetapi dapat berperan aktif untuk menggali dan memperkaya pemahaman mereka terhadap konsep-konsep yang dipelajari.


D. Implementasi Learning Cycle dalam Pembelajaran
Dengan demikian proses pembelajaran bukan lagi sekedar transfer pengetahuan dari guru ke siswa, seperti dalam falsafah behaviorisme, tetapi merupakan proses pemerolehan konsep yang berorientasi pada keterlibatan siswa secara aktif dan langsung. Proses pembelajaran demikian akan lebih bermakna dan menjadikan skema dalam diri pembelajar menjadi pengetahuan fungsional yang setiap saat dapat diorganisasi oleh pembelajar untuk menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi.
Sedangkan ditinjau dari dimensi pembelajar, penerapan strategi ini memberi keuntungan sebagai berikut:
1. Meningkatkan motivasi belajar karena pembelajar dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran
2. Membantu mengembangkan sikap ilmiah pembelajar
3. Pembelajaran menjadi lebih bermakna
Aktivitas belajar yang dikembangkan dalam tiap fase LC bergantung kepada tujuan pembelajaran.










E. Aplikasi Learning Cycle 5E (5 fase) dalam Kegiatan Pembelajaran

Berikut ini contoh penerapan Learning Cycle 5E dalam Pembelajaran Biologi di SMA dalam Silabus dan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) sebagai berikut :

Rencana Pelaksanaan Pengajaran (RPP) dan Silabus

Skenario Pembelajaran Siklus LC 5E
(Engagement, Eksploration, Explanation, Elaboration, Evaluation)


Nama Sekolah : SMA X
Mata Pelajaran : Biologi
Kelas : X
Semester : II
Alokasi Waktu : 2 X 45 menit (4 jam pelajaran)
Pendekatan : Konsep
Model : Learning Cycle 5E tipe Empiris-Induktif
Metode : Ceramah, ekspositori dan diskusi

Standar Kompetensi : Menganalisis hubungan antara komponen ekosistem, perubahan materi dan energi, serta peranan manusia dalam keseimbangan ekosistem.
Kompetensi Dasar : Mendeskripsikan peran dan komponen ekosistem
aliran energi dan daur biogeokimia serta pemanfaatan
komponen ekosistem bagi kehidupan
Indikator : 1. Mendeskripsikan komponen penyusun ekosistem
2. Membedakan faktor biotik dan abiotik beserta contoh. 3. Menjelaskan interaksi antara komponen penyusun
ekosistem
4. Menyusun bagan aliran energi dalam suatu ekosistem




A. Tujuan Pembelajaran :
1. Setelah mengamati model suatu ekosistem siswa mampu mendeskripsikan 2 faktor komponen ekosistem.
2. Setelah mendiskusikan komponen penyusun ekosistem siswa mampu membedakan faktor biotik dan abiotik dengan masing-masing 3 contoh.
3. Setelah diskusi kelas siswa mampu menjelaskan interaksi antara komponen penyusun ekosistem.
4. Setelah diskusi kelas siswa mampu menyusun bagan aliran energi suatu ekosistem.

B. Materi Pokok
Pengertian ekosistem merupakan tatanan kesatuan secara utuh menyeluruh antara segenap unsur lingkungan hidup yang saling mempengaruhi. Kestabilan ekosistem sangat dipengaruhi oleh banyak faktor atau komponen antara lain; komponen abiotik dan biotik.
1. Komponen Abiotik adalah komponen ekosistem yang tak hidup, baik yang menyangkut fenomena kebendaan dan fenomena kejadian yang mempengaruhi ekosistem antara lain;
a) Cahaya matahari merupakan sumber energi utama
b) Air merupakan faktor pembatas makhluk hidup yang paling penting.
c) Suhu merupakan faktor yang berpengaruh langsung terhadap kehidupan organisme.
d) Derajat keasaman (pH) merupakan faktor yang mempengaruhi terhadap karakteristik suatu ekosistem.
e) Kelembaban merupakan faktor yang berpengaruh terhadap laju hilangnya air pada tumbuhan dan hewan.
f) Kadar garam (salinitas) merupakan faktor penentu ekosistem, misalnya ada tiga jenis ekosistem berdasarkan kandungan garamnya diantaranya; ekosistem air asin, ekosistem air payau, dan ekosistem air tawar.
g) Oksigen (O2) merupakan komponen ekosistem yang sangat penting dan harus selalu tersedia.
h) Karbon dioksida (CO2) merupakan komponen yang dihasilkan oleh proses respirasi makhluk hidup.
2. Komponen Biotik merupakan komponen ekosistem yang terdiri atas semua makhluk hidup (organisme) misalnya;
a) Produsen adalah semua organism yang mampu membuat zat organik yang dibutuhkannya dari zat-zat anorganik (autotrof dan kemoautotrof)
b) Konsumen merupakan organisme yang tidak dapat menghasilkan zat-zat organic (herbivora, karnivora, detritivor)
3. Interaksi antar komponen ekosistem;
a) Interaksi antarorganisme dapat dikategorikan sebagai berikut; netral, predasi, parasitisme, komensalisme, mutualisme.
b) Interaksi antarpopulasi, contoh interaksi antar populasi adalah alelopati.
c) Interaksi antar komunitas, komunitas adalah kumpulan populasi yang berada disuatu daerah yang sama dan saling berinteraksi. Interaksi antar komunitas cukup kompleks karena tidak hanya melibatkan organisme, tetapi juga energi makanan.
d) Interaksi antar komponen Biotik dan Abiotik, interaksi antar komponen biotik dengan abiotik menyebabkan terjadinya aliran energi dalam sistem itu.



C. Langkah-Langkah Pembelajaran

 Kegiatan Awal
a) Guru mengucapkan salam pembuka dan doa
b) Motivasi meminta siswa menuliskan pada seslembar kertas keadaan ekosistem di lingkungan sekitar tempat tinggal siswa.

 Kegiatan Inti
 Fase 1: Engagement
a) Guru memperlihatkan berbagai model ekosistem.
b) Melalui proses tanya jawab siswa mendeskripsikan komponen penyusun ekosistem.

 Fase 2 : Exploration

a) Guru membagi siswa dalam 5 kelompok dengan anggota masing-masing kelompok sebanyak 7 orang siswa.
b) Setiap kelompok ditugaskan untuk melakukan mengamati model ekosistem yang telah ditampilakan guru.
c) Melalui diskusi kelompok siswa membedakan faktor biotik dan abiotik beserta contoh.

 Fase 3 : Explanation

a) Melalui diskusi kelas siswa menjelaskan interaksi antar komponen ekosistem dalam bentuk narasi.

 Fase 4 : Elaboration

a) Melalui diskusi kelas siswa menyususn bagan aliran energi suatu ekosistem.

 Fase 5 : Evaluation

Evaluasi dilakukan selama pembelajaran dilangsungkan. Guru bertugas untuk mengobservasi pengetahuan dan kecakapan siswa dalam mengaplikasikan konsep dan perubahan berfikir siswa. Instrumen yang digunakan guru berupa rubrik penilaian sebagai berikut :







































Nama Fase 1 Fase 2 Fase 3 Fase 4
Kemampuan mendeskripsikan penegrtian ekosistem (kognitif) Kemampuan mendeskripsikan komponen penyusun ekosistem abiotik dan biotik (kognitif) Kemampuan mengidentifikasi interaksi komponen penusun abiotik dan biotik
(kognitif dan afektif) Kemampuan siswa dalam mengeksplorasi pengetahuan dan pemahaman konsep pada penulisan laporan observasi (kognitif dan afektif) Kemampuan siswa dalam presentasi
(kognitif,afektif dan psikomotor) Kemampuan siswadalam berdiskusi menjawab pertanyaan
(kognitif) Kemampuan menganalisis masalah interaksi komponen ekosistem biotik dan abiotik (kognitif dan afektif)


Kemampuan memcari solusi masalah dan menuliskan dalam tugas paper
(kogniti,afektif,psikomor)

Adi
Ani
Budi
Bunga
Cecep
Cucu
Dewa
Dewi
Enda
Fian
Fany
Gading
Gilang
Ima
Intan







 Kegiatan Akhir

a) Guru memberikan kesempatan siswa untuk bertanya dan memberikan penjelasan kepada siswa apabila ada miskonsepsi
b) Guru menyimpulkan materi pelelajaran
c) Guru mengucapkan salam penutup

D. Sumber, Alat dan Bahan
 Sumber :
a) Menjelajah Dunia Biologi 1 untuk kelas X SMA, Sripujianto: Platinum PT Tiga Serangkai
b) Biologi Untuk SMA kelas X Erlangga: Pratiwi dkk
c) Artikel Internet
 Alat dan Bahan
a) Miniatur ekosistem darat dan ekosistem air

LAPORAN PPL MA ISLAMIYAH MUNDU

BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam menentukan taraf kehidupan bangsa dan kemajuan umat manusia. Maju mundurnya suatu bangsa tersebut dapat dilihat dari tinggi rendahnya tingkat pendidikan dari bangsa tersebut.
Melalui atau dengan pendidikan diharapkan manusia-manusia indonesia dapat berkembang dan berkualitas sehingga dapat mewujudkan masyarakat indonesia yang cerdas, adil dan makmur, sejahtera dan sentosa seperti yang selama ini dicita-citakan oleh seluruh rakyat indonesia.
Dalam konteks pendidikan tidak akan pernah lepas dari komponen-komponen pendidikan diantaranya seorang pendidik atau pengajar yaitu guru. Yang merupakan satu kesatuan untuk meningkatkan mutu pendidikan menjadi maju sehingga komponen-komponen yang terlibat didalam dunia pendidikan juga harus diupayakan demi kemajuan dan kualitas pendidikan.salah satu komponen tersebut adalah kualitas tenaga pendidik atau pengajar dalam hal ini adalah guru.
Untuk meningkatkan kualitas guru itulah lembaga IAIN Syekh Nurjati Cirebon mengadakan Program Pengalaman Lapangan (PPL) yang dibekali kepada seluruh mahasiswa fakultas Tarbiyah (pendidikan). Sebelum terjun langsung untuk melaksanakan kinerja guru dan menjadi guru yang sebenarnya di suatu instansi atau lembaga pendidikan.
Dengan adanya program PPL diharapkan fakultas Tarbiyah IAIN Syekh Nurjati Cirebon dapat menghasilkan guru-guru yang profesional dan berkualitas dibidangnya, bertanggungjawab, beriman, bertaqwa, berkepribadian, dan memiliki ketrampilan yang produktif sebagaimana dengan Visi dan Misi dari IAIN Syekh Nurjati Cirebon yaitu “Mencetak guru yang profesional dan memiliki akhlaq yang mulia yang diharapkan lulusannya kelak akan mampu meningkatkan mutu pendidikan secara umum”.
Yang dijadikan objek penelitian bagi peserta PPL adalah sistem kegiatan atau program kependidikan yang dilaksanakan oleh lembaga-lembaga kependidikan. Untuk itu diperlukan kerja sama dan koordinasi yang baik antara pihak sekolah, guru pamong dan guru praktikkan serta lembaga IAIN Syekh Nurjati Cirebon agar dapat membantu mewujudkan suasana pelaksanaan PPL dengan baik dan meningkatkan kualitas kinerja guru praktikkan dalam proses kegiatan mengajar.
Dalam praktek PPL ini para calon guru dilatih untuk mempersiapkan diri baik persiapan teori (yang bersifat tertulis) maupun persiapan mental ketika akan mengajar. Selain itu berlatih menyampaikan materi secara langsung kepada siswa serta belajar untuk mengetahui proses pembinaan siswa dan cara mengatasi permasalahan yang dihadapi oleh siswa di suatu lembaga pendidikan.
Gabungan (perpaduan) antara ilmu, penghayatan (pemahaman) dan pengalaman akan menjadi bekal yang sangat amat berguna bagi calon guru untuk meningkatkan keprofesionalanya.
PPL ini bertujuan agar para calon guru memperoleh pengalaman dan penghayatan secara langsung dalam suatu kegiatan belajar mengajar disekolah.

B. Rumusan Masalah
Perumusan masalah dalam kegiatan praktek pengalaman lapangan (PPL) di MAI Mundu Kabupaten Cirebon adalah :
1. Bagaimana motivasi mahasiswa terhadap kegiatan PPL?
2. Bagaimana pelaksanaan tugas praktek kependidikan di MAI Mundu Kabupaten Cirebon?
3. Bagaimana kondisi obyektif di MAI Mundu Kabupaten Cirebon?

C. Langkah-langkah yang Ditempuh
1. Menentukan Sumber Data
Dalam menentukan sumber data kami menggunakan data empirik. Sumber data tersebut kami peroleh dari :
a. Kepala Sekolah MAI Mundu Kabupaten Cirebon.
b. Wakil Kepala Sekolah
c. Guru Bidang studi Biolog i(Guru pamong)
d. Staf tata usaha
e. Siswa.
2. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mengumpulkan data yang telah kami peroleh,maka kami mempergunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :
a. Observasi
Teknik ini dipergunakan untuk memperoleh data secara langsung melalui pengamatan ke lokasi yaitu sekolah MAI Mundu Kabupaten Cirebon agar kami memperoleh gambaran kondisi obyektif tentang suasana dan kondisi belajar mengajar disekolah tersebut.
b. Wawancara
Teknik ini digunakan berupa tanya jawab langsung kepada pihak yang berkaitan dengan data yang kami perlukan, yaitu kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru, staf tata usaha dan siswa.
c. Studi Dokumentasi
Dalam teknik studi dokumentasi ini kami mengutip data tentang identitas sekolah, sarana dan prasarana pendidikan yang dimiliki oleh sekolah serta segala hal yang berkaitan dengan data yang kami analisis.
3. Teknik Deskripsi dan Analisa
a. Teknik Deskripsi
Teknik ini dipergunakan untuk memperoleh deskripsi tentang keberadaan MAI Mundu Kabupaten Cirebon yang meliputi tentang : lingkungan sekolah, personalia sekolah, kurikulum KBM, bentuk kegiatan ekstrakulikuler, sarana administrasi, BPO dan perpustakaan.
b. Teknik Analisa Data
Dalam teknik ini, kami mempergunakan analitik logis yaitu analisis dipergunakan untuk memperoleh data yang sifatnya kualitatif dan dalam bentuk uraian yang sifatnya sistematis.

















BAB II
DESKRIPSI HASIL OBSERVASI


A. Identitas Sekolah/Madrasah
1. Nama Madrasah : Madrasah Aliyah Islamiyah ( MAI )
2. N S M : 31 2 32 11 08 788
3. Alamat Madrasah : Jl. Karang sari III No. 46 Mundupesisir Kecamatan Mundu Kabupaten Cirebon
4. Jenjang Akreditasi : Terakreditasi B
5. Nomor SK : B/Kw.10.4/MA/09/026/2006
6. Waktu Belajar : Pagi Hari

B. Data Siswa dan Rombel Tahun 2010/2011 :
Kelas/
Tingkat Rombongan
Belajar Jumlah Siswa
Laki-Laki Perempuan Jumlah
X 1 38 33 71
XI IPA 1 13 12 25
XI IPS 1 21 6 27
XII IPA 1 8 15 23
XII IPS 1 27 6 33
Jumlah 6 107 71 179

C. Keadaan Guru/Pegawai

Guru Tetap Guru Honor TU Tetap TU Honor
16 9 - 2

D. Keadaan dan Fasilitas Madrasah :
1. Luas Tanah : 1080 m2
2. Luas bangunan : 360 m2
3. Ruang Perpustakaan : Belum ada
4. Buku Perpustakaan : Ada
5. Peralatan Praktek KBM : Ada
6. Ruang Guru / TU : 1 Ruang/Belum ada
7. Meja Kursi Guru : 10 Set
8. Ruang Belajar : 6 ruang
9. Meja Kursi Siswa : 120 set




E. Kurikulum dan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM)
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan peraturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan.
Kurikulum yang digunakan untuk kelas X, XI dan XII semuanya telah memakai Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006.

F. Bentuk-bentuk Kegiatan Ekstrakulikuler
1. Pramuka dan Paskibra
a. Pelatihan Mingguan
b. Perkemahan
2. OSIS
a. Upacara Bendera
b. Pelantikan dan Orientasi Siswa
c. Pelepasan dan Perpisahan Kelas XII
3. PHBI
a. Isro Mi’raj
b. Maulid Nabi Muhammad SAW
c. Peringatan 1 Muharram
4. PHBN
a. Peringatan HUT RI 17 Agustus

G. Bimbingan Penyuluhan (BP)/ Bimbingan Karier (BK)
1. Struktur organisasi BP/BK ditangani oleh :
a. Kepala sekolah sebagai supervisor di MAI Mundu Kabupaten Cirebon bersama wakil kepala sekolah bidang sarana prasarana, bidang kurikulum, bidang humas, bidang kesiswaan.
b. Guru bidang studi berhubungan timbale balik dengan guru BP/BK dan staff
c. Wali kelas masing-masing dari kelas X, XI dan kelas XII.
d. Pada akkhirnya BP/BK akan sampai pada siswa.
2. Visi dan misi BP/BK sebagai berikut:
a. Visi:
Terwujudnya perkembangan diri dan kemandirian secara optimal dengan harkat kemanusiaannya sebagai hamba Tuhan Yang Maha Esa, sebagai makhluk individu dan makhluk sosial dan berhubungan dengan manusia dan alam semesta.
b. Misi:
Menunjang perkembangan diri dan kemandirian siswa untuk dapat menjalani kehidupan sehari-hari sebagai siswa.
 Beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
 Pemahaman perkembangan diri dan lingkungan.
 Pengarahan diri ke arah dimensi spiritual.
 Pengambilan keputusan berdasarkan IQ, EQ, AQ.
 Pengaktualisasi diri secara optimal.
3. Tujuan Bimbingan Penyuluhan (BP) /Bimbingan Konseling (BK)
Tujuan utama BK adalah membantu siswa didik dalam mengembangkan potensi dan kemampuan secara optimal pada perkembangan, tujuan umum ini diarahkan kepada pengenalan diri sendiri dan hubungan pengembangan diri dan pengembangan karier. Tujuan umum tersebut dijabarkan ke dalam tujuan-tujuan yang mengarah kepada keefektifan hidup sehari-hari baik kehidupan pribadi, sosial, belajar maupun karier. Arah yang dimaksud itu secara langsung dikaitkan kepada potensi peserta didik.
Tujuan tersebut secara lebih khusus dirumuskan dalam bentuk kompetensi yang dimiliki, keefektifan kehidupan peserta didik termasuk kompetensi dalam mengantisipasi, menangani dan memecahkan masalah. SMA khususnya diharápkan memiliki kompetensi.
 Keimanan dan ketakwaan sesuai ajaran Agama.
 Memiliki nilai dasar humaniora untuk menerapkan kebersamaan dalam kehidupan.
 Menguasai pengetahuan akademis secara teoritis belajar untuk melanjutkan pendidikan.
 Mengalih fungsikan kemampuan akademis dan keterampilan berkarya untuk kehidupan berkeluarga di masyarakat lokal, regional, dan internasional
 Menghargai dan berekspresi seni.
 Mengembangkan pola hidup berdasarkan nilai-nilai kebersihan, kesehatan rohani, dan kebugaran jasmani.
4. Tugas dan Fungsi BP/BK
a. Bidang Bimbingan Pribadi
 Pemantapan sikap dan kebiasaan serta pengembangan wawasan dalam beruuan dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
 Pemantapan pemahaman tentang potensi dan pengembangan untuk kegiatan-kegiatan yang kreatif dan positif baik dalam kehidupan sehari-hari maupun untuk peranannya dimasyarakat.
 Pemantapan pemahaman tentang bakat dan minat serta penyaluran dan pengembangannya.
 Pemantapan pemahaman tentang kelemahan diri dan penanggulangannya.
 Pemantapan kemampuan mengambil keputusan dan mengarahkannya secara mandiri sesuai dengan sistem etika dan nilai-nilai serta apresiasi seni.
 Pemantapan dalam perencanaan dan penyelenggaraan hidup sehat baik jasmani maupun rohani termasuk perencanaan hidup berkeluarga.
b. Bidang Bimbingan Sosial
 Pemantapan kemampuan berkomunikasi baik lisan atau tulisan secara efektif, efisien, dan produktif.
 Pernantapan kemampuan merencanakan dan mengemukakan pendapat serta berorganisasi secara dinamis dan kreatif.
 Pemantapan kemampuan bertingkah laku dan hidup baik di rumah, sekolah, tempat kerja, unit produksi dengan tinggi, tata krama serta nilai agama, adat istiadat, hukum.
 Pemantapan hubungan yang dinamis harmonis dan produktif dengan teman sebaya baik di sekolah maupun di sekolah lain.
 Pemantapan pemahaman tentang peraturan, kondisi rumah, sekolah, lingkungan serta upaya pelaksanaan secara dinamis.
 Orientasi tentang hidup berkeluarga.
c. Bimbingan Belajar
 Pemantapan dan kebiasaan belajar yang efisien serta produktif baik dalam mencari informasi dan berbagai sumber belajar, bersikap baik pada guru dan nara sumber lainnya, mengembangkan keterampilan belajar, mengerjakan tugas-tugas pelajaran dan menjalani program penilaian hasil belajar.
 Pemantapan penguasaan materi program belajar di SMA/SMK/MA sesuai dengan perkembangan ilmu teknologi dan seni.
 Pemantapan pemahaman dan pemahaman berdisiplin sosial yang ada di sekolah.
 Orientasi belajar untuk pendidikan tambahan dan pendidikan yang lebih tinggi.
d. Bimbingan Karier
 Pemantapan pemahaman dan berkenaan dengan kecerdasan.
 Pemantapan orientasi dan informasi karier pada umumnya, khususnya karier yang hendak dikembangkan.
 Orientasi dan informasi terhadap dunia kerja dan usaha memperoleh penghasilan untuk memenuhi kebutuhan hidup.
 Penjelasan berbagai peluang kerja yang dapat dimasuki tamatan SMA.
 Orientasi dan informasi terhadap pendidikan tambahan dan pendidikan yang lebih tinggi sesuai dengan kehendak potensi yang dimilikinya.
5. Kegiatan layanan BP/BK
a. Layanan Orientasi
Yaitu layanan bimbingan konseling yang memungkinkan peserta didik memahami lingkungan baru yang dimasuki untuk mempermudah dan memperlancar peranannya sebagai peserta didik di lingkungan yang baru dan beban target yang harus dicapai.
 Memahami tujuan kurikulum.
 Penyesuaian diri dengan tempat, lingkungan, guru, teman, aturan yang baru serta fasilitas lain (ibadah, olahraga, dll).
 Memahami karakteristik program sekolah.
b. Layanan Informasi
Yaitu layanan bimbingan konseling yang memungkinkan peserta didik menerima dan memahami berbagai informasi yang dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan dan pengambilan keputusan untuk kepentingan peserta didik.
 Menjelaskan tentang kurikulum sekolah dan segala aspeknya.
 Memberikan berbagai informasi tentang pertumbuhan dan perkembangan remaja dengan segala aspeknya, potensi, fasilitas yang mendukung perkembangan siswa secara optimal.
 Menjelaskan tentang berbagai informasi yang dibutuhkan dalam perkembangan studi lanjut maupun arah karier.
c. Layanan Pembelajaran
Yaitu layanan bimbingan konseling yang memungkinkan peserta didik mengembangkan diri yang berkenaan dengan sikap dan kebiasaan yang baik, pola pikir, pola belajar yang baik dan fokus ke arah penguasaan optimal.
Misal : mempelajari berbagai strategi belajar yang efktif dan efisien Qenyelesaian masalah belajar, teknik-teknik membaca, mencatat, menghitung cepat dan SMART, dll).
d. Layanan Penempatan dan Penyaluran
Yaitu layanan bimbingan konseling yang memungkinkan peserta didik memperoleh penempatan dan penyaluran serta pelayanan yang optimal sesuai dengan bakat, minat, dan kondisi fisik maupun psikis siswa didik.
 Menempatkan dan menyalurkan siswa dalam jurusan yang sesuai dengan pilihan bakat dan minatnya.
 Menempatkan dalam posisi didik yang sesuai dengan kondisi fisiknya.
 Menempatkan dan menyalurkan dalam kegiatan belajar kelompok, kegiatan ekstra sesuai dengan minat, bakat dan kemampuannya.
e. Layanan Konseling Perorangan
Yaitu layanan bimbingan konseling yang memungkinkan peserta didik mendapatkan layanan langsung tatap muka (perorangan) dengan guru pembimbing dalam rangka pembahasan dan pengentasan masalah yang dihadapinya. Membantu menyelesaikan masalah yang dihadapinya baik masalah pribadi, belajar, sosial maupun karier.
f. Layanan Konseling Kelompok
Yaitu layanan bimbingan konseling yang memungkinkan peserta didik memperoleh kesempatan untuk pembahasan dan pengentasan masalah yang dihadapinya, melalui dinamika kelompok. Masalah yang dibahas adalah masalah-masalah pribadi yang dialami masing-masing anggota kelompok. Menyelesaikan masalah pribadi melalui konseling kelompok.

H. Dewan Sekolah
1. Struktur Organisasi dan Personalia
Seiring dengan tekad Pemerintahan Daerah Jawa Barat untuk menjadikan Jawa Barat sebagai Provinsi dan mitra terdepan Ibu Kota Negara Republik Indonesia pada tahun 2010. Dinas Pendidikan berupaya menata program pendidikan adalah dengan melalui implementasi Menegement Berbasis Sekolah (MBS) dan Pembentukan Dewan Sekolah (DS) sejalan dengan pelaksanaan LTU Nomor 22 Tahun 1999 Tentang Otonomi Daerah dan UU Nomor 25 Tahun 2000 Tentang Pembagian Kewenangan antara pusat dan daerah yang membawa nuansa baru dalam pengelolaan system pendidikan.
Dewan Sekolah (DS) merupakan suatu badan lembaga non politis dan Profit yang dibentuk berdasarkan musyawarah yang demokratis oleh steke holder (yang berkepentingan) di sekolah dan berbagai unsur yang bertanggung jawab terhadap peningkatan kwalitas prosese dan hasil pendidikan.
Menuju kepada Pembentukan Dewan Sekolah (DS) artinya implementasi Management Berbasis Sekolah (MBS) di Madrasah Aliyah Islamiyah (MAI) Mundu Kabupaten Cirebon berdasarkan hasil musyawarah pihak sekolah. dengan anggota (orang tua siswa) telah terbentuk Pengurus Dewan Sekolah MAI Mundu Kabupaten Cirebon.
2. Tugas dan Fungsi Dewan Sekolah
Mewadahi dan meningkatkan partisipasi para steke holder (yang berkepentingan) pendidikan pada tingkat sekolah untuk membantu merumuskan, menetapkan, melaksanakan dan memonitori pelaksanaan kebijakan sekolah.
3. Kegiatan Dewan Sekolah
a. Pola Pembagian Kegiatan Dewan Sekolah
 Pembagian Kewenangan Dewan Sekolah ditetapkan berdasarkan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga AD/ART.
 Hak dan Kewajiban anggota dan Pengurus Dewan Sekolah
 Peran anggota dan Pengurus Dewan Sekolah berdasarkan rincian tugas masing-masing dalam AD/ART.
 Pihak sekolah (Kepala Sekolah, Guru dan Staff Tata Usaha) merupakan Mitra sejajar yang mempunyai peran dan wewenang professional kependidikan sesuai tugas pokok dan fungsi yang telah ditetapkan.
b. Kegiatan Dewan Sekolah
Dewan Sekolah yang telah dibentuk dalam posisinya sebagai mitra kerja sekolah mempunyai kegiatan sebagai berikut:
 Menetapkan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga AD/ART.
 Bersama-sama sekolah menetapkan rencana strategis pengembangan sekolah.
 Bersama-sama sekolah menetapkan standar pelayanan sekolah.
 Bersama-sama sekolah membahas bentuk kesejahteraan personil sekolah dan bersama-sama sekolali menetapkan RAPBS.
 Mengkaji pertanggung jawaban program sekolah dan mengkaji kinerja sekolah.
 Merekomendasikan kepala sekolah atau guru yang berprestasi dan memenuhi persyaratan profesionalisme serta administrasi sesuai peraturan yang berlaku untuk promosi dan mutasi diajukan kepada pihak yang berwenang.
 Merekomendasikan bagi kepala sekolah atau guru yang melanggar etika profesionalisme dan admnistratif secara normative sesuai peraturan yang berlaku diajukan kepada pihak berwenang untuk ditindak lanjuti.
4. Masalah dan Kendala
Masalah dan Kendala yang dihadapi Dewan Sekolah sebagai berikut:
a. Perbedaan visi, misi dan kinerja pengajaran sekolah
b. Keanekaragaman status social orangtua siswa

























BAB III
PELAKSANAAN KEGIATAN PRAKTIKUM


A. Praktek Mengajar
Mahasiswa fakultas Tarbiyah yang melaksanakan Praktek Pengalaman Lapangan (PPL) di MAI Mundu Kabupaten Cirebon minimal melaksanakan enam kali pertemuan, dengan satu kali pertemuan disesuaikan dengan jumlah jam pelajaran pada hari itu, materi jam pelajaran yang telah ditentukan oleh masing masing guru pamong mata pelajaran. Setiap pertemuan mempunyai alokasi waktu 2 x 40 menit.
PPL ini bertujuan agar mahasiswa fakultas Tarbiyah sebagai peserta PPL dapat memperoleh pengalaman dan penghayatan secara langsung dalam kegiatan mengajar (real teaching). Sebelum melaksanakan praktek mengajar para calon guru diwajibkan untuk membuat persiapan mengajar secara matang, terperinci dan terencana dengan baik. baik persiapan tertulis, berupa Program Semester, Bahan ajar, Silabus serta lain-lain ataupun persiapan tidak tertulis misalnya persiapan mental dalam diri masing-masing untuk menghadapi siswa.
1. Tahapan Kegiatan antara lain:
a. Tahapan Awal
Membuat jadwal praktek mengajar yang ditentukan oleh dan berkoordinir dengan guru pamong di MAI Mundu Kabupaten Cirebon dengan memperhatikan jumlah peserta PPL.
b. Tahapan Persiapan
 Membuat persiapan tertulis dan mengadakan persiapan mental setiap kali akan praktek. Dalam hal ini peserta PPL membuat rencana / skenario pembelajaran dan silabus pembelajaran
 Menentukan teknis dan metode pengajaran yang akan disampaikan kepada siswa dengan merencanakan langkah-langkah yang akan dilakukan dalam pengajaran
 Membuat presensi siswa dan menggunakan prosedur yang baik dalam mengajar
 Merencanakan. menciptakan. dan mengajukan pembuatan alat peraga
c. Tahapan Pelaksanaan
 Memberikan Pree-tes secara lisan
 Menyampaikan pokok materi yang akan disampaikan
 Memberikan kesempatan siswa untuk bertanya
 Menjawab pertanyaan yang diajukan siswa
 Memberikan kesimpulan materi
 Berpartisipasi dalam mengawasi dan memperhatikan interaksi siswa sehari-hari pada waktu mengikuti kegiatan belajar mengajar.
 Memberikan Post-test
d. Tahapan Penilaian
Tahapan yang diperlukan untuk mengetahui sampai sejauh mana kemampuan siswa dalam menangkap, memahami dan menguasai materi yang diajarkan sekaligus sebagai tolak ukur keberhasilan guru praktek dalam menyampaikan materi pelajaran agar dapat diterima dengan baik oleh siswa. Penilaian dapat dilakukan dengan dua cara yaitu secara lisan dan tulisan. Penilaian secara lisan dalam hal untuk mengetahui respon mereka dalam mengikuti materi yang diberikan dan secara tulisan. Dalam kegiatan pelaksanaan proses belajar mengajar dikelas, para praktikan diwajibkan menerangkan butir-butir pembelajaran kepada siswa dan dilanjutkan dengan memberikan latihan tentang materi pelajaran yang disampaikan.
2. Aspek-aspek Dalam Praktek Mengajar
a. Mempelajari dan mengingat nama-nama siswa-siswi MAI Mundu Kabupaten Cirebon Kelas X dan XI maupun XII supaya memiliki tingkat sosialisasi yang tinggi dengan siswa ketika pelaksanaan KBM
b. Memperhatikan dan mengenal siswa yang terbaik dan kurang baik di kelas
c. Memperhatikan kondisi fisik dan interaksi-interaksi siswa dalam proses belajar mengajar di kelas.

B. Prinsip dalam Kegiatan Ekstrakurikuler
Dalam pemilihan kegiatan ekstrakulikuler siswa diberikan kebebasan sesuai dengan bakat dan kemampuan masing-masing. Adapun selama ada guru pratikan di MAI Mundu Kabupaten Cirebon, para pratikan dilibatkan secara aktif dan diwajibkan mengikuti upacara bendera setiap hari Senin.

C. Partisipasi dalam Pembinaan Siswa
Calon guru diharapkan dapat melaksanakan tugas mengajar dengan secara baik, maka harus ikut serta dalam proses melaksanakan pembinaan siswa dan mengetahui segala permasalahan-permasalahan yang dihadapi didalam pembinaan siswa.
Dalam hal ini para praktikan memperoleh dan mendapatkan kesempatan secara langsung berpartisipasi dalam pembinaan siswa termasuk juga memberikan bimbingan selama kegiatan belajar mengajar berlangsung, agar para praktikan memperoleh pengalaman dan penghayatan secara langsung berinteraksi dengan siswa.
Kegiatan pembinaan dan mengenal siswa dilaksanakan selama praktik kependidikan dan pengajaran berlangsung. Sehubungan dengan itu, maka peranan komunikasi antara guru praktikan dengan guru bimbingan menjadi salah satu hal penting untuk mengetahui segala permasalahan-permasalahan yang dihadapi siswa dan memperoleh cara dan metode untuk mengatasi permasalahan.
Partisipasi dalam pembinaan siswa dan permasalahan yang dihadapi dalam pembinan siswa merupakan proses belajar mengenal siswa yang dilakukan dengan mengadakan wawancara bebas dengan siswa mengenai kebiasaan belajar siswa, hobbi yang digemari siswa, tugas yang dikerjakan siswa di rumah, persoalan yang dihadapi di rumah serta di sekolah, dan juga perhatian pihak-pihak di sekolah dan keluarga terhadap persoalan dan kesulitan yang dihadapi siswa. Sehingga praktikan akan dapat berpartisipasi terhadap petugas bimbingan dalam membantu memberikan bimbingan kepada siswa yang mengalarni kesulitan belajar.

D. Partisipasi dalam Pengelolaan Kelas
Proses belajar mengajar di MAI Mundu Kabupaten Cirebon berlangsung di dalarn kelas yang secara umum berlangsung dengan baik. Guru mengajar mata pelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran yang dipilih dan siswa mengikutinya serta menerima pembelajaran tersebut. Interaksi ini memberikan perubahan pada diri siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran yang diharapkan serta didukung oleh penggunaan metode dan alat pelajaran yang ada untuk membantu memperjelas dan memudahkan materi pembelajaran.
Gairah serta semangat guru dan siswa di MAI Mundu Kabupaten Cirebon dalam proses belajar mengajar ditunjang oleh usaha-usaha pengelolaan kelas yang cukup baik. Semua sarana dan fasilitas yang dimiliki sebuah kelas ditata dan diatur sedemikian rupa sehingga menarik dan mampu menggugah semangat belajar mengajar. Pengelolaan kelas tampak dalam hal-hal sebagai berikut:
1. Penempatan siswa, usaha ini pada awalnya dilakukan oleh guru kelas atau biasanya disebut wali kelas dengan memperhatikan keinginan siswa untuk menempatkan atau memposisikan dirinya duduk di bangku/kursi yang diinginkan. Selanjutnya berdasarkan kemampuan panca indera siswa, secara umum siswa ditempatkan pada masing-masing bangku/kursi satu meja sebanyak 2 orang, laki-laki dengan laki dan perempuan dengan perempuan
2. Pengaturan sarana dan fasilitas kelas dilakukan bersama-sama antara guru kelas dengan siswa pada kelas tersebut. Sarana dan fasilitas kelas dimaksudkan adalah benda-benda yang terdapat dan dimiliki oleh suatu kelas yang merupakan pemberian dan pihak sekolah, ada juga yang diadakan oleh wali kelas dan para siswa. Contohnya sarana kelas adalah taplak meja, vas bunga, spidol, kotak, sipdol penghapus, gambar-gambar, sapu, dan lain sebagainya.
3. Melengkapi, mengatur dan melaksanakan administrasi kelas dilakukan bersama-sama dengan wali kelas/guru kelas dan siswa pada khususnya dan guru-guru mata pelajaran pada umumnya. Administrasi kelas yang dimaksud adalah segala hal yang berkaitan dengan sistem administrasi yang umumnya pembukuan yang bersifat tertulis, misalnya papan absensi kelas, buku absensi siswa, buku absensi mengajar bagi guru, buku-buku paket dan buku-buku latihan siswa. Dari pihak sekolah hanya memberi sebagian yang benar-benar dianggap urgen dan penting dalam menunjang proses belajar mengajar misalnya dalam pengadaan spidol, white board, tinta isi ulang spidol, penghapus, buku absensi guru, media/alat pelajaran dan lain sebagainya. Sedangkan sarana pendukung lainnya diadakan oleh wali kelas dan para siswanya, misalnya membeli dengan uang yang dikumpulan dari siswa. Hasil keterampilan tangan siswa atau cara-cara lain yang dianggap baik dan memberikan pendidikan kepada para siswa.














BAB IV
PENUTUP


A. Kesimpulan
Berdasarkan kegiatan Praktek Pengalaman Lapangan (PPL) yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa:
1. Praktek Pengalaman Lapangan (PPL) bagi mahasiswa fakultas Tarbiyah adalah salah satu upaya mempersiapkan tenaga pendidik atau calon guru yang profesional.
2. Salah satu keberhasilan dalam proses belajar mengajar yang dilakukan di MAI Mundu Kabupaten Cirebon adalah beberapa faktor antara lain faktor intern sekolah dan ekstern sekolah. Faktor intern sekolah meliputi guru dalam menyampaikan materi pembelajaran, media serta adanya sarana pembelajaran yang mendukung. Sedangkan dari faktor ekstern yaitu adanya keterlibatan orang tua siswa dalam mendidik anak, mengawasi jalannya pendidikan anak di sekolah, apakah semakin baik atau semakin menurun. Apalagi ditunjang dengan pendidikan yang berkurikulum tingkat satuan pendidikan.
3. Keberadaan dan kemajuan MAI Mundu Kabupaten Cirebon didukung juga oleh para alumni dan Dewan Sekolah yang cukup baik dalam mengelola pendidikan.
4. Keberadaan bimbingan penyuluhan dan konseling dilingkungan MAI Mundu Kabupaten Cirebon merupakan upaya pencapaian keberhasilan belajar siswa pada khususnya.

B. Saran-Saran
1. Hendaknya Pengalaman dan seluruh hasil Pengalaman Praktek Lapangan (PPL) dapat dijadikan hasil yang sangat berharga dan bekal bagi seorang calon guru sehingga kelak menjadi guru.
2. Agar pelaksanaan PPL akan lebih terarah, berkualitas maka perlu adanya kerjasama dengan baik antara pihak-pihak yang terkait sehingga dapat meningkatkan mutu para lulusan dan akademik.
3. Hendaknya adanya perhatian secara khusus dan intensif dari dosen pembimbing dan persiapan yang matang dari para praktikan.

PENYAKIT MENULAR SEKSUAL

PENYAKIT MENULAR SEKSUAL


A. Pengertian
Penyakit menular seksual, atau PMS adalah berbagai infeksi yang dapat menular dari satu orang ke orang yang lain melalui kontak seksual. Menurut the Centers for Disease Control (CDC) terdapat lebih dari 15 juta kasus PMS dilaporkan per tahun. Kelompok remaja dan dewasa muda (15-24 tahun) adalah kelompok umur yang memiliki risiko paling tinggi untuk tertular PMS, 3 juta kasus baru tiap tahun adalah dari kelompok ini.
Hampir seluruh PMS dapat diobati. Namun, bahkan PMS yang mudah diobati seperti gonore telah menjadi resisten terhadap berbagai antibiotik generasi lama. PMS lain, seperti herpes, AIDS, dan kutil kelamin, seluruhnya adalah PMS yang disebabkan oleh virus, tidak dapat disembuhkan. Beberapa dari infeksi tersebut sangat tidak mengenakkan, sementara yang lainnya bahkan dapat mematikan. Sifilis, AIDS, kutil kelamin, herpes, hepatitis, dan bahkan gonore seluruhnya sudah pernah dikenal sebagai penyebab kematian. Beberapa PMS dapat berlanjut pada berbagai kondisi seperti Penyakit Radang Panggul (PRP), kanker serviks dan berbagai komplikasi kehamilan. Sehingga, pendidikan mengenai penyakit ini dan upaya-upaya pencegahan penting untuk dilakukan.
Penting untuk diperhatikan bahwa kontak seksual tidak hanya hubungan seksual melalui alat kelamin. Kontak seksual juga meliputi ciuman, kontak oral-genital, dan pemakaian “mainan seksual”, seperti vibrator. Sebetulnya, tidak ada kontak seksual yang dapat benar-benar disebut sebagai “seks aman” . Satu-satunya yang betul-betul “seks aman” adalah abstinensia. Hubungan seks dalam konteks hubungan monogami di mana kedua individu bebas dari IMS juga dianggap “aman”. Kebanyakan orang menganggap berciuman sebagai aktifitas yang aman. Sayangnya, sifilis, herpes dan penyakit-penyakit lain dapat menular lewat aktifitas yang nampaknya tidak berbahaya ini. Semua bentuk lain kontak seksual juga berisiko. Kondom umumnya dianggap merupakan perlindungan terhadap IMS. Kondom sangat berguna dalam mencegah beberapa penyakit seperti HIV dan gonore. Namun kondom kurang efektif dalam mencegah herpes, trikomoniasis dan klamidia. Kondom memberi proteksi kecil terhadap penularan HPV, yang merupakan penyebab kutil kelamin.
B. Beberapa Penyakit Menular Seksual
1. HIV/AIDS
AIDS adalah penyakit mengerikan yang sampai saat ini sudah menular ke berbagai negara. Penyakit ini disebabkan oleh virus HIV (Human Immunodeficiency Virus) Penularan AIDS ini baru disadari dalam masa modern ini, sehingga sering disebut pandemi modern. AIDS menuntut perhatian kita semua karena:
o Semua orang bisa terkena AIDS.
o Belum ditemukan vaksin pencegahnya.
o Belum ada obat yang betul-betul dapat diandalkan.
o Penyebarannya sangat cepat dan tidak diketahui, sehingga makin banyak orang yang tertular AIDS.










Gambar Virus HIV
Perkembangan AIDS di dunia berlangsung cukup cepat, menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), pada tahun 1981 terdapat 100.000 kasus AIDS di 20 negara, pada tahun 1992 terdapat 11-12 juta kasus, dengan rincian 6% di Asia Tenggara, 60% di Afrika, 10% di Amerika Utara, dan 6% di Eropa. Pada tahun 2000 terdapat 60 juta kasus dengan rincian 41% di Asia Tenggara, 36% di Afrika, 5% di Amerilka.
a. Cara Penularan
Hubungan seks vaginal, oral dan khususnya anal; darah atau produk darah yang terinfeksi; memakai jarum suntik bergantian pada pengguna narkoba; dan dari ibu yang terinfeksi kepada janin dalam kandungannya, saat persalinan, atau saat menyusui.
b. Gejala-gejala
Beberapa orang tidak mengalami gejala saat terinfeksi pertama kali. Sementara yang lainnya mengalami gejala-gejala seperti flu, termasuk demam, kehilangan nafsu makan, berat badan turun, lemah dan pembengkakan saluran getah bening. Gejala-gejala tersebut biasanya menghilang dalam seminggu sampai sebulan, dan virus tetap ada dalam kondisi tidak aktif (dormant) selama beberapa tahun. Namun, virus tersebut secara terus menerus melemahkan sistem kekebalan, menyebabkan orang yang terinfeksi semakin tidak dapat bertahan terhadap infeksi-infeksi oportunistik.
c. Pengobatan
Belum ada pengobatan untuk infeksi ini. Obat-obat anti retroviral digunakan untuk memperpanjang hidup dan kesehatan orang yang terinfeksi. Obat-obat lain digunakan untuk melawan infeksi oportunistik yang juga diderita.
Konsekuensi yang Mungkin Terjadi pada Orang yang Terinfeksi adalah hampir semua orang yang terinfeksi HIV akhirnya akan menjadi AIDS dan meninggal karena komplikasi-komplikasi yang berhubungan dengan AIDS.
Konsekuensi yang mungkin terjadi pada janin dan bayi yaitu 20-30% dari bayi yang lahir dari ibu yang terinfeksi HIV akan terinfeksi HIV juga dan gejala-gejala dari AIDS akan muncul dalam satu tahun pertama kelahiran. 20% dari bayi-bayi yang terinfeksi tersebut akan meninggal pada saat berusia 18 bulan. Obat antiretroviral yang diberikan pada saat hamil dapat menurunkan risiko janin untuk terinfeksi HIV dalam proporsi yang cukup besar.
d. Pencegahan
Tidak melakukan hubungan seksual dengan orang yang terinfeksi, khususnya hubungan seks anal, di mana cairan tubuh, darah, air mani atau secret vagina paling mungkin dipertukarkan, adalah satu-satunya cara yang 100% efektif untuk mencegah penularan HIV melalui hubungan seks. Kondom dapat menurunkan risiko penularan tetapi tidak menghilangkan sama sekali kemungkinan penularan. Hindari pemakaian narkoba suntik dan saling berbagi jarum suntik. Diskusikan dengan petugas kesehatan tindakan kewaspadaan yang harus dilakukan untuk mencegah penularan HIV, terutama saat harus menerima transfusi darah maupun produk darah.







Gambar Penderita HIV/AIDS

2. Sifilis
Sifilis adalah penyakit kelamin menular yang disebabkan oleh bakteri Treponema pallidum. Treponema pallidum merupakan salah satu bakteri spirochaeta. Bakteri ini berbentuk spiral. Terdapat empat subspesies yang sudah ditemukan, yaitu Treponema pallidum pallidum, Treponema pallidum pertenue, Treponema pallidum carateum, dan Treponema pallidum endemicum. Treponema pallidum pallidum yang merupakan penyebab sifilis. Treponema pallidum pallidum merupukan spirochaeta yang bersifat motile yang umumnya menginfeksi melalui kontak seksual langsung, masuk ke dalam tubuh inang melalui celah di antara sel epitel. Organisme ini juga dapat ditularkan kepada janin melalui jalur transplasental selama masa-masa akhir kehamilan. Struktur tubuhnya yang berupa heliks memungkinkan Treponema pallidum pallidum bergerak dengan pola gerakan yang khas untuk bergerak di dalam medium kental seperti lendir (mucus). Dengan demikian organisme ini dapat mengakses sampai ke sistem peredaran darah dan getah bening inang melalui jaringan dan membran mukosa. Pada tanggal 17 Juli 1998, suatu jurnal melaporkan sekuensi genom dari Treponema pallidum. Treponema pallidum pallidum adalah bakteri yang memiliki genom bakterial terkecil pada 1.14 million base pairs (Mb) dan memiliki kemampuan metabolisme yang terbatas, serta mampu untuk beradaptasi dengan berbagai macam jaringan tubuh mamalia.


a. Penularan
Penularan biasanya melalui kontak seksual, tetapi ada beberapa contoh lain seperti kontak langsung dan kongenital sifilis (penularan melalui ibu ke anak dalam uterus).Sifilis atau yang disebut dengan ‘raja singa’ disebabkan oleh sejenis bakteri yang bernama treponema pallidum. Bakteri yang berasal dari famili spirochaetaceae ini, memiliki ukuran yang sangat kecil dan dapat hidup hampir di seluruh bagian tubuh. Spirochaeta penyebab sifilis dapat ditularkan dari satu orang ke orang yang lain melalui hubungan genito-genital (kelamin-kelamin) maupun oro-genital (seks oral). Infeksi ini juga dapat ditularkan oleh seorang ibu kepada bayinya selama masa kehamilan. Anda tidak dapat tertular oleh sifilis dari handuk, pegangan pintu atau tempat duduk WC.
b. Tanda dan Gejala.
o Stadium satu. Stadium ini ditandai oleh munculnya luka yang kemerahan dan basah di daerah vagina, poros usus atau mulut. Luka ini disebut dengan chancre, dan muncul di tempat spirochaeta masuk ke tubuh seseorang untuk pertama kalinya. Pembengkakan kelenjar getah bening juga ditemukan selama stadium ini. Setelah beberapa minggu, chancre tersebut akan menghilang. Stadium ini merupakan stadium yang sangat menular.
o Stadium dua. Kalau sifilis stadium satu tidak diobati, biasanya para penderita akan mengalami ruam, khususnya di telapak kaki dan tangan. Mereka juga dapat menemukan adanya luka-luka di bibir, mulut, tenggorokan, vagina dan dubur. Gejala-gejala yang mirip dengan flu, seperti demam dan pegal-pegal, mungkin juga dialami pada stadium ini. Stadium ini biasanya berlangsung selama satu sampai dua minggu.
o Stadium tiga. Kalau sifilis stadium dua masih juga belum diobati, para penderitanya akan mengalami apa yang disebut dengan sifilis laten. Hal ini berarti bahwa semua gejala penyakit akan menghilang, namun penyakit tersebut sesungguhnya masih bersarang dalam tubuh, dan bakteri penyebabnya pun masih bergerak di seluruh tubuh. Sifilis laten ini dapat berlangsung hingga bertahun-tahun lamanya.
o Stadium empat. Penyakit ini akhirnya dikenal sebagai sifilis tersier. Pada stadium ini, spirochaeta telah menyebar ke seluruh tubuh dan dapat merusak otak, jantung, batang otak dan tulang.









Sedangkan pada lelaki yang telah tertular oleh sifilis memiliki gejala-gejala yang mirip dengan apa yang dialami oleh seorang penderita wanita. Perbedaan utamanya ialah bahwa pada tahap pertama, chancre tersebut akan muncul di daerah penis. Dan pada tahap kedua, akan muncul luka-luka di daerah penis, mulut, tenggorokan dan dubur.
Orang yang telah tertular oleh spirochaeta penyebab sifilis dapat menemukan adanya chancre setelah tiga hari – tiga bulan bakteri tersebut masuk ke dalam tubuh. Kalau sifilis stadium satu ini tidak diobati, tahap kedua penyakit ini dapat muncul kapan saja, mulai dari tiga sampai enam minggu setelah timbulnya chancre.
Sifilis dapat mempertinggi risiko terinfeksi HIV. Hal ini dikarenakan oleh lebih mudahnya virus HIV masuk ke dalam tubuh seseorang bila terdapat luka. Sifilis yang diderita juga akan sangat membahayakan kesehatan seseorang bila tidak diobati. Baik pada penderita lelaki maupun wanita, spirochaeta dapat menyebar ke seluruh tubuh dan menyebabkan rusaknya organ-organ vital yang sebagian besar tidak dapat dipulihkan. Sifilis pada ibu hamil yang tidak diobati, juga dapat menyebabkan terjadinya cacat lahir primer pada bayi yang ia kandung.
c. Pengobatan
Sifilis dapat dirawat dengan penisilin atau antibiotik lainnya, memberikan kapsul azithromycin lewat mulut (memiliki durasi yang lama) dan harus diamati. Cara ini mungkin gagal karena ada beberapa jenis sifilis kebal terhadap azithromycin.
d. Pencegahan
Rekomendasi terpenting untuk pencegahan Seks aman dilakukan dengan menggunakan kondom bila melakukan aktivitas seks, tapi tidak dapat menjamin sebagai penjaga yang pasti. Usul terbaik adalah pencegahan aktivitas seksual dengan orang yang memiliki penyakit kelamin menular dan dengan orang berstatus penyakit negatif.
3. Gonore (Kencing Nanah)
Penyakit menular seksual (PMS) dimaksudkan sebagai penyakit yang ditularkan secara langsung dari seseorang ke orang lain melalui kontak seks. Namun penyakit gonore ini dapat juga ditularkan melalui ciuman atau kontak badan yang dekat. Kuman patogen tertentu yang mudah menular dapat ditularkan melalui makanan, transfusi darah, alat suntik yang digunakan untuk obat bius. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Neisseria gonorrhoeae
Pengendalian penyakit menular seksual ini adalah dengan meningkatkan keamanan kontak seks dengan menggunakan upaya pencegahan. Salah satu di antara PMS ini adalah penyakit gonore yang disebabkan oleh bakteri Neisseria gonorrhoeae yang menginfeksi selaput lendir saluran kencing, leher rahim, dubur dan tenggorokan atau selaput lendir konjungtiva mata. Kuman ini dapat menyebar ke bagian-bagian lain tubuh organisme melalui darah.








Gambar Bakteri Neisseria gonorrhoeae

a. Tanda dan gejala gonore yang mempengaruhi uretra pada pria mencakup
o Nyeri pada sat buang air kecil.
o Nanah mengalir dari ujung penis ,terutama pada pagi hari.
o Rasa sakit atau bengkak di salah satu testis atau keduanya.
Tanda dan gejala gonore yang mempengaruhi leher rahim atau saluran kencing pada wanita meliputi:
o Peningkatan cairan vagina
o Nyeri saat buang air kecil
o Vagina mudah berdarah, seperti setelah melakukan hubungan seks.
o Nyeri abdomen, nyeri pada perut bagian bawah
o Nyeri Panggul.
Tanda dan gejala gonore pada rektum meliputi:
o Rasa gatal pada Anal.
o Cairan Nanah mengalir dari rektum
o Kadang darah merah terlihat keluar dari rektum.
o Sakit pada saat buang air besar
4. Herpes Genital (HSV-2)
a. Cara Penularan:
Herpes menyebar melalui kontak seksual antar kulit dengan bagian-bagian tubuh yang terinfeksi saat melakukan hubungan seks vaginal, anal atau oral. Virus sejenis dengan strain lain yaitu Herpes Simplex Tipe 1 (HSV-1) umumnya menular lewat kontak non-seksual dan umumnya menyebabkan luka di bibir. Namun, HSV-1 dapat juga menular lewat hubungan seks oral dan dapat menyebabkan infeksi alat kelamin.
b. Gejala-gejala
Gejala-gejala biasanya sangat ringan dan mungkin meliputi rasa gatal atau terbakar; rasa nyeri di kaki, pantat atau daerah kelamin; atau keputihan. Bintil-bintil berair atau luka terbuka yang terasa nyeri juga mungkin terjadi, biasanya di daerah kelamin, pantat, anus dan paha, walaupun dapat juga terjadi di bagian tubuh yang lain. Luka-luka tersebut akan sembuh dalam beberapa minggu tetapi dapat muncul kembali.
c. Pengobatan
Belum ada pengobatan untuk penyakit ini. Obat anti virus biasanya efektif dalam mengurangi frekuensi dan durasi (lamanya) timbul gejala karena infeksi HSV
d. Pencegahan
Tidak melakukan hubungan seks secara vaginal, anal dan oral dengan orang yang terinfeksi adalah satu-satunya cara pencegahan yang 100% efektif mencegah penularan virus herpes genital melalui hubungan seks. Kondom dapat mengurangi risiko tetapi tidak dapat samasekali menghilangkan risiko tertular penyakit ini melalui hubungan seks. Walaupun memakai kondom saat melakukan hubungan seks, masih ada kemungkinan untuk tertular penyakit ini yaitu melalui adanya luka di daerah kelamin.









5. Trikomoniasis
Disebabkan oleh protozoa Trichomonas vaginalis. Trikomoniasis adalah PMS yang dapat diobati yang paling banyak terjadi pada perempuan muda dan aktif seksual. Diperkirakan, 5 juta kasus baru terjadi pada perempuan dan laki-laki.
a. Cara Penularan
Trikomoniasis menular melalui kontak seksual. Trichomonas vaginalis dapat bertahan hidup pada benda-benda seperti baju-baju yang dicuci, dan dapat menular dengan pinjam meminjam pakaian tersebut.
b. Gejala-gejala
Pada perempuan biasa terjadi keputihan yang banyak, berbusa, dan berwarna kuning-hijau. Kesulitan atau rasa sakit pada saat buang air kecil dan atau saat berhubungan seksual juga sering terjadi. Mungkin terdapat juga nyeri vagina dan gatal atau mungkin tidak ada gejala sama sekali. Pada laki-laki mungkin akan terjadi radang pada saluran kencing, kelenjar, atau kulup dan/atau luka pada penis, namun pada laki-laki umumnya tidak ada gejala.
c. Pengobatan
Penyakit ini dapat disembuhkan. Pasangan seks juga harus diobati. Konsekuensi yang Mungkin Terjadi pada Orang yang Terinfeksi yaitu radang pada alat kelamin pada perempuan yang terinfeksi trikomoniasis mungkin juga akan meningkatkan risiko untuk terinfeksi HIV jika terpapar dengan virus tersebut. Adanya trikomoniasis pada perempuan yang juga terinfeksi HIV akan meningkatkan risiko penularan HIV pada pasangan seksualnya.
d. Pencegahan
Tidak melakukan hubungan seks secara vaginal dengan orang yang terinfeksi adalah satu-satu cara pencegahan yang 100% efektif mencegah penularan trikomoniasis melalui hubungan seksual. Kondom dan berbagai metode penghalang sejenis yang lain dapat mengurangi tetapi tidak menghilangkan risiko untuk tertular penyakit ini melalui hubungan seks. Hindari untuk saling pinjam meminjam handuk atau pakaian dengan orang lain untuk mencegah penularan non-seksual dari penyakit ini.












6. Human Papilloma Virus (HPV)
HPV adalah virus yang menyebabkan kutil kelamin. Beberapa strains dari virus ini berhubungan kuat dengan kanker serviks sebagaimana halnya juga dengan kanker vulva, vagina, penis dan anus. Pada kenyataannya 90% penyebab kanker serviks adalah virus HPV. Kanker serviks ini menyebabkan kematian 5.000 perempuan Amerika setiap tahunnya.
a. Cara Penularan
Hubungan seksual vaginal, anal atau oral.
b. Gejala-gejala
Tonjolan yang tidak sakit, kutil yang menyerupai bunga kol tumbuh di dalam atau pada kelamin, anus dan tenggorokan.
c. Pengobatan
Tidak ada pengobatan untuk penyakit ini. Kutil dapat dihilangkan dengan cara-cara kimia, pembekuan, terapi laser atau bedah.
d. Pencegahan
Tidak melakukan hubungan seks secara vaginal, anal dan oral dengan orang yang terinfeksi adalah satu-satunya cara pencegahan yang 100% efektif mencegah penularan. Kondom hampir tidak berfungsi sama sekali dalam mencegah penularan virus ini melalui hubungan seks.


REFERENSI
http://kesrepro.info/?q=node/312 15 Desember 2010
http://mbudiu.blogspot.com/2009/04/penyakit-menular-seksual-sifilis.html 15 Desember 2010
Campbell. 2000. Biologi. Jakarta: Erlangga







PENYAKIT MENULAR SEKSUAL PADA SISTEM REPRODUKSI MANUSIA


MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi tugas UTS
Mata Kuliah : Reproduksi dan Embriologi Manusia
Dosen : Dr. Dewi Cahyani, MM,M.Pd









KHAERUL ANAM
07460817

Tarbiyah/ IPA-Biologi A/VII


KEMENTRIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SYEKH NURJATI
CIREBON
2010